Warga Dayak Mahulu Bersatu Melalui Hudoq Cross Border

Loading

MAHAKAM ULU, Swara Kaltim – Festival seni budaya adat yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) resmi ditutup Sabtu (26/10) malam di Lapangan Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun.

Kegiatan tahunan yang dimulai 23 Oktober lalu ini, merupakan rangkaian Festival Hudoq Cross Border, yang kedua kalinya tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) setelah 2018 lalu.

Dalam kegiatan ini, banyak menampilkan seni budaya khas Bahau, Kayan, Aoheng, Kenyah dan Bakumpai. Tujuannya agar masyarakat makin mengenal budaya suku-suku asli Mahulu.

Selain itu, juga membuka peluang usaha bagi masyarakat di wilayah perbatasan Kaltim yang berbatasan langsung dengan Serawak Malaysia.  Khususnya pelaku usaha kecil menengah memasarkan sejumlah produk unggulan asli Mahulu.

Pada acara puncak Hudoq Cross Border 2019 ini, ditutup secara resmi oleh Bupati Mahulu Bonifasius Belawan Geh, dan juga memberikan hiburan rakyat menampilkan artis penyanyi Ibu Kota Jakarta.

“Festival ini telah memberikan hiburan sekaligus sarana meningkatkan silaturahmi antar masyarakat Mahulu. Selain itu, juga menggali potensi seni dan budaya lokal suku dayak di Mahulu agar tidak punah,” ungkap Boni dalam sambutan pada penutupan tersebut.

Lanjut dia, festival seni budaya yang ditampilkan ribuan penari ngarang hudoq, oleh masyarakat sebagai peserta yang tergabung memberikan motivasi dan dorongan kepada generasi muda (milenial) agar mengenal seni dan budaya asli daerah setempat.

“Karena seni budaya merupakan warisan yang tidak boleh dilupakan,” jelas Pria asal kelahiran Mamahak Besar, 17 September 1966 ini. Dengan semangat mengajak seluruh masyarakat untuk mencitai seni budaya mahulu terus dilestarikan.

Ayah lima anak dari suami Yovita Bulan Bonifasius ini, juga mengatakan, event seni dan budaya itu memberikan pengaruh positif terhadap perputaran ekonomi, khususnya ekonomi menengah ke bawah. Memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi berusaha.

“Terimakasih kepada seluruh masyarakat yang turut berpartisipasi melestarikan seni dan budaya Mahulu agar tidak punah. Agar diketahui, pegelaran Hudoq Cross Border, belum tentu mendapat MURI jika tampa ada dukungan masyatakat sejak awal hingga akhir kegiatan. Kita semua patut berbangga atas pencapaian ini,” jelas Boni.

Kata Boni, yang paling utama dari penghargaan didapat, yaitu, bagaimana kita semua dapat bersatu dalam balutan budaya warisan leluhur tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan untuk melestarikan budaya leluhur.

“Mari bersama sama kita kembangkan budaya yang kita miliki, inilah yang menjadi daya tarik suatu daerah, yakni kesenian lokal kita, kearifan lokal, dan sopan santun kita, serta berperan aktif dalam memberdayakan budaya kita,” pungkas Boni.

Penulis : Alfian

Editor   : Redaksi