Pelajar Samarinda yang Tertimpa Tiang Bendera Sekolah dan Koma Hampir 5 Bulan, Akhirnya Meninggal

SAMARINDA, Swarakaltim.com – Insiden kecelakaan yang dialami seorang pelajar SMK Negeri 5 Samarinda Kalimantan Timur (Kaltim) menyisakan duka mendalam.

Vierli Zikria (19 tahun), pelajar kelas 3 sempat koma setelah tertimpa patahan tiang bendera di lapangan sekolah pada Kamis 3 Februari 2022 lalu. Namun pada Kamis 30 Juni 2022 kemarin, sekira pukul 12.40 Wita ia menghembuskan nafas terakhir di rumahnya kawasan Gunung Malang, Jl M Yamin, Kelurahan Gunung Kelua, Samarinda.

Sebelumnya kronologi kecelakaan yang menimpa Vierly Zikria terjadi pada Kamis 3 Februari 2022. Saat itu, ia membantu perbaikan tiang bendera di halaman sekolahnya.

Pada saat itu, sempat terekam oleh video amatir yang diambil salah satu siswi, Vierli yang sibuk membantu guru dan beberapa rekan lainnya berada di bawah tiang bendera yang akan ditegakkan. Namun nahas, korban malah tertimpa patahan tiang bendera tepat di atas kepalanya. Korban langsung tersungkur dengan luka parah.

Dengan kondisi tak sadarkan diri, Vierli lalu diboyong ke Rumah Sakit AW Sjahranie Samarinda. Meski beruntung, nyawa Vierli saat itu masih tertolong, namun kecelakaan itu mengakibatkan Vierli hingga koma dan tidak sadarkan diri. Hasil foto rontgen bagian kepala Vierli terlihat retakan pada tempurung kepala.

Setelah sempat dirawat di rumah sakit, Vierli masih belum sadar diri, dengan kondisi selang oksigen tertempel di hidung dan tenggorokan itu. Tapi pihak rumah sakit malah menyatakan korban sudah bisa dibawa pulang keluarga. Padahal kondisinya tidak memungkinkan, keluarga pun merasa bingung dengan kondisi tersebut.

Pihak keluarga melaporkan hal itu pada TRCPPA (Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak) Kaltim.

“Saya baru dapat info ini hari Minggu. Kejadian ini sudah sejak 3 mingguan yang lalu. Saya kaget waktu dikasih tau, rumah sakit sudah bolehkan korban pulang ke rumah, padahal kondisinya belum sadar. Kami perlu tahu pihak rumah sakit mengeluarkan statemen itu dasarnya bagaimana? Begitu juga dengan pihak sekolah. Masih ngotot waktu anak ini dibilang membaik, faktanya tidak. Memang ada bantuan dari pihak sekolah, seperti uang makan keluarga korban yang jaga di rumah sakit, uang pembeli Pampers untuk korban,” kata Sudirman, Koordinator Advokasi TRCPPA Kaltim.

Sejak Vierli dirawat di rumah sakit, Sudirman mengatakan, pihak sekolah memang terlihat mengawal. Namun dianggap tidak sepenuhnya. Kondisi itu membuat TRCPPA harus mengambil langkah tegas. Sudirman selaku perwakilan pihak keluarga beberapa waktu lalu telah melaporkan kejadian tersebut ke Dinas Pendidikan Kaltim. (Bn)*

Loading

Bagikan: