Foto saat Wakil Bupati Berau mengalungkan cindera mata ke salah satu Duta yang bertandang
TANJUNG REDEB, Swarakaltim.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau menyambut tandangan kedutaan besar dari 3 Negara yakni Belanda, Selandia Baru dan Norwegia. Kehadiranya di Bumi Batiwakkal tidak terlepas dari program lapangan yang dilakukan oleh Solidaridad Indonesia, yaitu dibidang pertanian dan perkebunan berkelanjutan.
Adapun kedutaan yang datang, yaitu Pihak Pemerintah Belanda yang diwakili pejabat kedutaannya Deputy Chief of Mission Ms Ardi Stois-Braken, Sr Policy Advsior Ms Intan Hadidinata, Perwakilan Selandia Baru, Deputy Chief of Mission Dr. Shee-Jeong Park, dan Perwakilan Norwegia, Embassy Secretary Forest Team Ms. Celine Gaasrud, disambut oleh Wakil Bupati Berau Gamalis, Asisten II Setda Berau Agus Wahyudi, Assisten III Setda Berau Maulidiyah, dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di Ruangan VIP Room Bandara Kalimaru, Senin (14/3/2022).
Pada kesempatan itu, Wakil Bupati Gamalis menyampaikan, Pemkab Berau sangat menyambut baik tandangan ini, sebab kedatangan mereka ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap Solidaridad Indonesia yang saat ini sedang mendampingi para petani dari komoditi kakao dan sawit. “Alasan Pemkab Berau memberikan dukungan penuh tidak lain supaya petani kakao kita dapat memproduksi yang kemudian diolah dengan bagus dan itu dapat menjadikan andalan Kabupaten Berau agar dapat terkoneksi dengan kepariwisataan sebagai produk UMKM Berau,” kata Gamalis.
Menurutnya seperti yang disampaikan tadi, semua saling berkaitan. Selain itu terkait sawit, dirinya berharap dengan adanya mereka ini perkembangan sawit di Bumi Batiwakkal terus berkembang, bergerak secara kontinue dengan tidak merusak alam yang ada. “Jadi pertama tadi kakao agar dapat bersinergi dengan pariwisata dan kedua sawit dengan ramah lingkungan,” jelas Wabup Gamalis.

Sementara kedatangan kedutaan dari 3 Negara yang dijelaskan Programme Manager Climate Change Solidaridad Indonesia Jimmy Wilopo mengatakan, tujuan mereka sebeneranya ialah untuk mempelajari dinamika lapangan serta tantangan dan peluang pekebun sawit mandiri dalam memenuhi prinsip sawit lestari di Bumi Batiwakkal. “Tujuannya belajar dari sudut pandang masyarakat dan pekebun terhadapat sawit lestari,” ujarnya.
Pemilihan tempat di Bumi Batiwakkal tersebut, disampaikannya tidak terlepas dipilih atas dasar variasi program lapangan yang dilaksanakan di sini. Tidak hanya isu pertanian dan perkebunan berkelanjutan yang bisa diangkat dari kabupaten ini, namun juga ada isu konservasi, pemberdayaan masyarakat, dan pemberdayaaan perempuan yang telah berjalan dengan sangat baik, serta membuahkan hasil nyata.
“Kami berharap bagaimana dengan beberapa isu tadi bisa mendorong untuk membersihkan lagi citra negatif terhadap sawit dan pekebun mandiri ini bisa menerima manfaat dari program baik dari segi produktifitas kebunya, kemitraan, dan hasil yang didapatkannya. Semoga ada kerjasama terhadap isu yang lainnya juga,” ungkap Jimmy Wilopo. (Nht/Fdl)