BALIKPAPAN, Swarakaltim.com – Ketua Komisi IV DPRD Kota Balikpapan Doris Eko Ryan Desyanto mendorong adanya museum sejarah dengan konsep modern. Kini DPRD telah melakukan kajian dan membuat naskah akademik melalui Forum Group Discussion (FGD) dengan melibatkan tenaga ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Kota Balikpapan, di Hotel Novotel Balikpapan, 7-8 September 2023.
“Mudahan di Kota Balikpapan ini ada museum sejarah, dari sebelum terbentuknya Kota Balikpapan, paska kemerdekaan, setelah itu IKN (Ibu Kota Negara, Red),” ujar Doris, ditemui di gedung DPRD Kota Balikpapan, Senin (11/9/2023).
Dorris menjelaskan, FGD dengan UGM dapat merumuskan kajian yang melibatkan tiga generasi atau tiga periode tersebut. “Semoga bisa dilaksanakan sampai bisa menjadi Perda (Peraturan Daerah, Red),” terangnya.
Adapun tujuan dari kajian ini untuk memberi semangat generasi muda. “Banyak sekali situs sejarah yang hilang begitu saja. Seperti rumah di Dahor, Balikpapan Barat. Nah itu kan bagian sejarah Kota Balikpapan,” terangnya.
Doris mengaku, selama ini Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan kurang perhatian terhadap nasib cagar budaya dan peninggalan sejarah. “Mungkin nanti namanya Perda museum atau cagar budaya, biar Bapemperda (Badan Pembentukan Peraturan Daerah) yang merumuskan itu. Kami hanya mengusulkan kajian,” katanya.
Doris menambahkan, dengan dibangunnya museum sejarah, tentu akan berdampak bagi perekonomian Kota Balikpapan melalui sektor pariwisata. Selain itu bisa meningkatkan perekonomian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sekitar lokasi museum nantinya. Komisi IV DPRD Kota Balikpapan telah meninjau Yogyakarta yang telah lebih maju bidang pengelolaan museum. “Tapi memang investasinya besar. Di sana ada museum diorama Kota Yogya,” tutupnya.
“Jadi begitu masuk ke sana bisa tahu, bagaimana sebelumnya ada gempa sebelum Kota Yogyakarta terbentuk. Seakan-akan bisa merasakan suasananya,” ucapnya.
Ia menerangkan, investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan museum seperti di Yogyakarta mencapai sekitar Rp100 miliar.
“Setiap kota kan berbeda-beda. Namun sekarang museum harus dikombinasikan (konsepnya). Kalau hanya museum konvensional, masyarakat juga enggan datang,” tutupnya.(Pr)