SAMARINDA, Swarakaltim.com – Prinsip pembelajaran mendalam atau deep learning yang saat ini digalakkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dinilai masih belum banyak dipahami masyarakat, termasuk di Kalimantan Timur (Kaltim). Hal ini disampaikan Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, Armin.
Menurutnya, deep learning bukanlah kurikulum baru, melainkan sebuah pendekatan dalam proses pembelajaran. Konsep ini mengarahkan siswa agar tidak hanya bergantung pada buku teks, tetapi mampu memahami materi secara lebih mendalam.
“Deep learning ini adalah pendekatan supaya anak-anak ini lebih kuat memahami, lebih dalam memahami. Selama ini pembelajaran kita terlalu textbook. Anak hanya membaca buku 2×45 menit lalu selesai, tidak ada yang tersisa,” ujar Armin beberapa hari lalu.
Ia menekankan, keberhasilan penerapan metode ini membutuhkan keterlibatan aktif siswa. Guru juga harus berperan lebih dalam menggali potensi peserta didik, mulai dari melatih keterampilan menulis, membaca, hingga membangun keberanian untuk tampil.
“Kalau mau lihat pembelajaran deep learning, semakin banyak anak aktif semakin bagus. Misalnya tiba-tiba saya kasih satu topik, lalu siswa diberi waktu satu menit untuk menjelaskan. Itu memaksa otaknya berputar. Itu pembelajaran berstandar internasional, dan harus terus dilatih,” jelasnya.
Armin menambahkan, kreativitas guru menjadi faktor utama dalam mendorong keberhasilan *deep learning*. Tanpa skenario pembelajaran yang variatif, anak akan cenderung pasif.
“Walaupun kurikulumnya dari sorga, kalau gurunya gak mampu membuat anak sibuk, no nothing. Tidak ada yang bisa didapat,” tegasnya.
Ia juga menegaskan bahwa prinsip deep learning bisa diterapkan dalam kurikulum apa pun, baik Kurikulum 2013 (K-13) maupun Kurikulum Merdeka.
“Itu harusnya kurikulum manapun tetap deep learning. Ketika sesuatu digali terus sampai benar-benar dipahami, itu baru efektif,” katanya.
Lebih jauh, ia menilai penerapan deep learning tidak selalu harus dilakukan di dalam kelas. Media lain seperti film, surat kabar, maupun aktivitas luar ruang juga bisa dijadikan sumber pembelajaran.
“Tidak harus kelas, bisa di outdoor. Tidak harus buku, bisa dari film, bisa dari koran. Intinya anak dilatih untuk berpikir kritis dan memahami secara mendalam,” tambahnya.
Armin berharap guru-guru di Kaltim mampu menyiapkan diri dalam mengimplementasikan pendekatan ini.
“Sekarang harus kita siapkan gurunya. Gurunya harus punya ide untuk menggerakkan anak. Karena kunci keberhasilan pembelajaran ada pada metode yang diterapkan guru,” pungkasnya.(DHV)