Upacara Adat Beliant Bekelew dan Geratuq Jadi Penutup Festival Dahau Kutai Barat

SENDAWAR, Swarakaltim.com – Rangkaian Festival Dahau ke-26 Kabupaten Kutai Barat (Kubar) berakhir khidmat dengan pelaksanaan upacara adat Beliant Bekelew dan Geratuq di Taman Budaya Sendawar (TBS), Kamis (6/11/2025). Ritual tersebut menjadi bagian sakral dalam penutupan festival sekaligus peringatan HUT ke-26 Kubar, sebagai simbol penyucian, rasa syukur, dan penghormatan terhadap adat serta leluhur masyarakat Dayak di Bumi Tnaa Purai Ngeriman.

Ketua Presidium Dewan Adat Kubar, Yurang, menjelaskan bahwa Beliant Bekelew merupakan ritual pengobatan dan tolak bala yang dilaksanakan turun-temurun untuk menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan roh leluhur.

“Ritual ini dimulai sejak 29 Oktober dan mencapai puncaknya pada 6 November melalui prosesi pemotongan kerbau, yang dipercaya sebagai lambang penyucian wilayah Kubar agar terhindar dari bencana dan marabahaya,” ungkap kepada wartawan.

Kata Yurang, dalam prosesi itu juga dilakukan penanaman Blontang, simbol spiritual yang ditanam di lokasi tertentu sebagai penangkal roh jahat dan bentuk perlindungan bagi masyarakat. Blontang diukir menyerupai dua tokoh mitologi Dayak, yakni Anak Aji Tulur Jejangkat dan Mook Manor Bebulatn.

“Patung bagian depan menggambarkan anak tertua Swalas Gunaq (Etnis Tunjung), sedangkan bagian belakang melambangkan anak kedua Naras Gunaq (Etnis Benuaq). Makna upacara ini bukan hanya ritual tolak bala, tetapi juga lambang persatuan antara manusia dan alam, serta perekat kebersamaan masyarakat di bawah pemerintahan yang baru,” jelasnya.

Kata dia, masyarakat adat juga melakukan prosesi pemotongan kerbau sebagai bentuk persembahan kepada roh leluhur dan doa bersama untuk keselamatan daerah.

Sementara itu, Bupati Kubar Frederick Edwin, menyampaikan bahwa upacara Geratuq merupakan warisan budaya luhur masyarakat Kubar yang sarat nilai spiritual, kebersamaan, dan rasa syukur.

“Tradisi seperti ini adalah bukti bahwa pembangunan tidak hanya tentang infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga tentang pelestarian adat dan jati diri masyarakat. Kubar tidak akan maju tanpa menghormati akar budayanya,” ujar Frederick.

Ia mengajak masyarakat menjadikan momentum Dahau sebagai wujud syukur dan semangat memperkuat kebersamaan. “Mari kita wariskan kepada generasi muda semangat untuk mencintai adat istiadat, menghormati perbedaan, serta menjaga kedamaian di Bumi Tanaa Purai Ngeriman,” pesannya.

Ketua Panitia Dahau 2025 yang juga Plt. Kadis Pariwisata Kubar, FX Sumardi, menuturkan bahwa upacara Geratuq merupakan bagian dari tahapan akhir sebelum ditutup dengan prosesi Tepung Tawar.

“Masih ada satu kegiatan tambahan, yakni pembagian lalus atau upah adat berupa bagian dari hewan yang telah dipotong selama ritual, seperti kerbau, babi, dan ayam. Setelah itu digelar upacara Tepung Tawar sebagai penutup resmi festival,” pungkasnya. (Adv-kbr)

www.swarakaltim.com @2024