Waktu Tidak Bisa Diputar Kembali

Penulis adalah Abdul Jamil Al Rasyid  Mahasiswa Sastra Minangkabau FIB Unand angkatan 2019 berdomisili di Padang Pariaman  Sumatera Barat Santri Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas  Patamuan Tandikek.

Swarakaltim.com – Waktu adalah suatu masa yang baik sedang dijalani, telah berlalu maupun di masa depan. Suatu masa itu tentu dilalui dengan berbagai rangkaian peristiwa, setiap detik tentu ada peristiwa yang sama dilakukan oleh manusia tentu ada juga peristiwa yang berbeda dilakukan manusia. Dari peristiwa itu tentu bisa dijadikan pelajaran oleh seseorang. Tentu seseorang belajar terutama peristiwa yang ada di masa lalunya.

Diputar adalah suatu hal yang bisa bolak balik, suatu gerakan yang bisa saja mengelililingi suatu hal. Artinya diputar itu bisa saja kejadian tersebut diulangi lagi. Oleh karena itu tentu waktu berlawanan dengan apa yanh telah disebutkan, makanya waktu itu tidak bisa diputar. Apa yang diputar? yaitu rangkaian peristiwa yang terjadi di masa lalu belum tentu bisa terjadi di masa depan. Karena setiap rangkaian peristiwa itu berbeda-beda dari waktu ke waktu.

Ketika kita menginginkan waktu itu diputar lagi maka itu disebut dengan penyesalan. Waktu identik dengan penyesalan karena apa yang dulu harusnya tidak kita lakukan, kita melakukannya. Ketika penyesalan itu datang, maka kita hanya bisa pasrah dan berpikir saja. Oleh karena itu sebelum kita menyesal maka tindakan yang harus kita lakukan adalah berpikir sebelum memutuskan sesuatu. Sesuatu yang dipikirkan baik-baik akan hasilnya baik, berbeda dengan sesuatu yang dipikirkan secara tergesa hasilnya belum tentu baik.

Kembali yaitu berkaitan dengan masa lalu kita. Ketika kita memiliki masa lalu yang indah, kelam dan lainnya. Maka kita tentu pernah berpikir andaikan itu  semua tidak terjadi, mungkin saya tidak seperti ini. Hal ini tentu tidak baik untuk dilakukan karena ketika kita berandai-andai terhadap sesuatu yang pernah kita lakukan. Kita pikirkan maka tidak baik, karena andaikan itu sama dengan angan-angga kita. Belum tentu bisa terjadi, tidak bisa kita memastikan “Andaikan dulu seperti ini” itu terjadi.

Maka dari itu ketika kita menginginkan sesuatu yang telah menjadi masa lalu kita untuk kembali, misalnya pacar kita, pekerjaan kita dan lainnya. Untuk hal tersebut kita hanya bisa pasrah, ketika dia kembali terima dengan lapang dada, ketika dia benar-benar menghilang. Kita harus menerima dengan lapang dada. Menurut penulis terima saja skenario yang diletakkan oleh Tuhan untuk hidup kita, karena kita memiliki takdir yang berbeda dengan setiap orang.

 Ketika kita memiliki waktu yang banyak, bahagia dengan pasangan kita, bahagia dengan pekerjaan kita. Jangan pernah kita sia-siakan. Sebelum penyelesalan itu datang maka kita senantiasa berpikir bahwa ketika kita melakukan hal tersebut, maka apa resiko yang akan kita dapat. Ketika semua sudah berlalu maka kita hanya bisa pasrah dengan takdir tuhan. Hargai selama masih ada, biasanya manusia itu akan menyesal ketika orang/pekerjaan itu telah benar-benar hilang dari dirinya.

Ketika misalnya orang tersebut pernah menjadi kekasih kita misalnya, rasa yang pertama dengan rasa yang kedua ketika dia kembali tentu berbeda. Karena Ketika dia kembali, tentu tidak sama dengan yang pertama, karena luka bisa sembuh tapi bekas tidak bisa hilang. Maksudnya masih ada bekas dihati orang yang pernah kita sakiti itu sebelumnya. Makanya jangan mudah untuk menyakiti orang lain, bisa saja membuat kita marah, kecewa dan yang paling sulit memiliki angan-angan.

Untuk itu hargai waktu kita, jangan pernah kita sia-siakan waktu kita walaupun kita sedetik saja. Maka hal ini sangat berguna bagi kita. Manfaatin waktu kita misalnya dengan orang yang bersama kita, pekerjaan kita sehingga ketika kita manfaatkan, tidak akan ada penyesalan dalam diri kita. Sebelum kita berpikir Andaikan waktu bisa diputar kembali. Maka jawabannya tentu tidak bisa, karena waktu adalah sebuah hal yang berharga di dunia selain uang. Manfaatkan waktu kita sebaik mungkin.(*)

Loading

Bagikan: