Foto Bupati Berau Sri Juniarsih mengucapkan selamat kepada Ketua PPTI Berau Sri Aslinda bersama pengurus lainnya, Minggu (3/7/2022).
TANJUNG REDEB, Swarakaltim.com – Akhirnya pengurus Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Kabupaten Berau resmi dilantik, yang dilakukan oleh Wakil Ketua I PPTI Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Syahranie Jedi bertempat di Balai Mufakat Jl Cendana Kecamatan Tanjung Redeb, Minggu (3/7/2022). Melalui PPTI ini salah satu upaya pencegahan penyakit menular yakni Tuberkulosis (TB) di Bumi Batiwakkal.
Dalam sambutannya Bupati Berau Sri Juniarsih Mas menyampaikan, atas nama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau menyatakan momentum pelatikan ini kiranya dapat menjadi ajang pembentukan semangat sekaligus strategi untuk meningkatkan capaian prestasi organisasi, dalam upaya melahirkan program serta kontribusi nyata untuk peningkatan derajat kesehatan, khususnya yang berkenaan dengan pencegahan dan pemberantasan TB di Berau.
“Sebab penyakit TB ini memberikan dampak luar biasa, tidak hanya penderita namun juga keluarganya. Penyakit yang mudah menular ini, acapkali menelan korban jiwa,” kata Bupati. Berdasarkan data sepanjang tahun 2021 lalu, terdapat 226 kasus TB dengan capaian kesembuhan yang masih rendah, yaitu 52.62 persen. Untuk itu beliau meminta keberadaan organisasi PPTI, yang memang fokus terhadap TB, sangat diperlukan dan dinantikan aksinya demi mewujudkan masyarakat Berau yang sehat dan terbebas dari TB.

“Oleh karenanya, mulailah memperbanyak kader dan memperluas jangkauan melalui kegiatan pelatihan. Sembari sosialisasi ke masyarakat baik diperkotaan maupun kampung mengenai pola hidup bersih dan sehat. Sadarilah, bahwa kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Karenanya tidak pernah jemu saya mengingatkan kepada kita semuanya senantiasa bekerja dengan hati, agar mendatangkan keberkahan bagi kita dan orang lain,” tutur Petinggi di Bumi Batiwakkal itu.
Senada disampaikan Ketua PPTI Kaltim Norbaiti Isran Noor melalui Wakil Ketua I PPTI Provinsi Kaltim Syahranie Jedi menyebutkan berdasarkan WHO tahun 2020 bahwa faktor gizi merupakan faktor kuantiti penyebaran penyakit TB, berdasarkan hal tersebut TB dan stunting merupakan hal yang tidak terpisahkan dan sangat penting untuk dilakukan sebuah tindakan pencegahan serta pengobatan secara intensif, demi menekan angka kematian akibat TBC.
“Harmonisasi kepentingan pemangku kebijaksanaan dan praktektoral dalam rangka mencintai ikan sebagai upaya mendukung proses eliminasi TB tahun 2022 – 2030 dan penurunan prevalensi starting menjadi 4% nantinya,” imbuhnya. Masih Syahranie, di Kaltim dengan jumlah penduduk 3,6 juta diperkirakan terdapat 7.800 penderita TBC dengan bakteri tahan asam positif dan ditemukan sampai dengan Desember 2021 hanya 37 persen dari target 80 persen, artinya masih banyak lagi penderita TBC yang ada di masyarakat dan belum ditemukan, dari kondisi penemuan dan pengobatan juga yang masih rendah. Ini diperkirakan jumlah penderita TBC di Kaltim akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2024.
“Oleh karenanya, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo telah menerbitkan Perpres Nomor 67 tahun 2021 tentang penanggulangan TBC sebagai acuan bagi Kementerian Lembaga Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota serta pemerintah desa dan kelurahan serta pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan percepatan penangguhan TBC bersama LSM organisasi masyarakat organisasi profesi jadi dasar hukumnya sudah kuat dan bisa ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati (Perbub) atau walikota,” Masih Syahranie.
Dengan begitu harapnya, semoga PPTI Baru ini akan lebih banyak memberikan bantuan kepada penderita TBC, terutama bagi mereka yang sudah sembuh setelah pengobatan 6 bulan. Sebagai Ketua PPTI Wilayah Kaltim menyambut baik Rencana Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim yang berjenjang sampai ke desa. “Melatih para kader posyandu yang juga adalah kader PPTI Berau, khususnya bagaimana cara menemukan tersangka secara aktif di lapangan atau di masyarakat,” terangnya.
Sementara Ketua PPTI Berau Sri Aslinda Gamalis mengatakan, sebagaimana diketahui bersama bahwa pembangunan dibidang kesehatan termasuk upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit dengan biaya yang tinggi adalah kasus tuberkulosis dan upaya tersebut menjadi salah satu langkah meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia yang berkualitas di masa yang akan datang.
Maka kehadiran PPTI Berau masa bakti 2021-2026 ini, juga diharapkan menjadi solusi dengan memberikan bantuan perbaikan tempat tinggal bagi penderita TBC yang tidak mampu, dan diutamakan pada perbaikan sanitasi dan sirkulasi seperti pintu jendela dan sumber air bersih. Sehingga sinar matahari dan udara dapat masuk dan bersirkulasi secara baik serta kebutuhan air bersih terpenuhi dengan standar. “Kita harus menyadari bahwa program tuberkulosis ini adalah tekad bersama target bersama dan tugas bersama sehingga kita juga berprinsip bahwa eliminasi tuberkolosis tahun 2030 adalah tanggung jawab bersama,” pungkas Sri Aslinda. (Nht/Fdl)