Nama penulis Adib wijaya dan Taurino razaqi Suryana
Swarakaltim.com – Hampir semua negara atau bangsa saat ini terdiri dari lebih dari satu kelompok budaya, dan karena itu dapat disebut sebagai ‘masyarakat multikultural’. Ini melibatkan pengintegrasian lebih dari satu pendekatan budaya ke dalam sistem kepercayaan dan praktik mayoritas, serta penghargaan terhadap tuntutan budaya dari semua atau lebih dari satu komunitas negara atau bangsa. Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan tentang ragam kehidupan di dunia, atau kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan tentang adanya keragaman, kebhinekaan, pluralitas, sebagai realitas utama dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem sosial-budaya, dan kerangka politik di Indonesia menunjukkan keanekaragaman budaya dan kekayaan bahasa yang sangat melimpah.
Kekhasan yang beragam di setiap wilayah, bersatu dalam satu kesatuan sebagai bangsa, menciptakan keindahan tersendiri. Fenomena ini menjadikan Indonesia sebagai sebuah negara yang kompleks dan kaya akan daya tarik. Keanekaragaman ini menjadi ciri khas yang mengesankan, memperkuat daya tarik negara ini secara keseluruhan, baik dari dalam maupun luar.
Dari banyaknya budaya-budaya yang ada di Indonesia, salah satu yang dapat kita lihat dalam masyarakat di Indonesia adalah fenomena sabung ayam. Permainan sabung ayam ini merupakan bagian dari warisan budaya masyarakat Bali yang telah ada sejak zaman Majapahit. Permainan ini menggunakan 2 ekor ayam yang akan disatukan dalam semacam arena. Kedua ekor ayam tersebut akan mulai bertarung hingga salah satunya terluka parah atau hingga mati. Ayam yang masih bertahan akan dinyatakan sebagai pemenang. Pada dasarnya, permainan sabung ayam ini adalah suatu bentuk taruhan. Budaya ini sudah lama berlangsung bahkan jauh sejak era kerajaan Bali. Namun bukan hanya sebagai suatu bentuk taruhan dan hiburan, tradisi ini juga dijadikan suatu ritual keagamaan. Kedua jenis ini adalah Tajen dan Tabuh Rah. Tajen adalah bentuk sabung ayam yang dilakukan untuk tujuan rekreasi semata dan melibatkan unsur taruhan di dalamnya. Sementara Tabuh Rah adalah suatu tradisi keagamaan yang diadakan untuk mendukung acara upacara. Sekarang, sabung ayam sudah menyebar ke dalam masyarakat-masyarakat luas di Indonesia yang diperkenankan sebagai hiburan yang dipertontonkan. Tentu bukan hanya dari masyarakat Bali saja yang menjalankan, namun meluas.
Dapat dipahami bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya dengan ribuan budaya yang berasal dari berbagai wilayahnya. Kekayaan budaya ini bukan hanya sekadar warisan masa lalu, melainkan juga sebuah warisan yang akan terus dijaga dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melalui proses pewarisan ini, budaya-budaya yang ada akan terus berkembang dan meluas ke dalam lingkungan multikultural Indonesia. Pewarisan budaya di Indonesia tidak hanya menciptakan keberagaman, tetapi juga menjadi pondasi kuat bagi identitas nasional. Sebagai bangsa yang kaya akan pluralitas, Indonesia memperoleh kekuatan uniknya dari keragaman ini.
Kekayaan budaya Indonesia bukanlah sekadar warisan yang terpaku pada masa lalu, melainkan sumber daya yang terus berkembang, menyebar luas, dan menjadi inti dari kehidupan masyarakat multikultural Indonesia. Kita dapat melihatnya sebagai suatu keajaiban yang terus tumbuh, mengukir jejak sejarah yang hidup dan relevan di dalam kerangka kehidupan bangsa yang dinamis. Tidak terkecuali sabung ayam. Budaya ini adalah salah satu cerminan budaya yang berawal dari masyarakat Bali itu. Tradisi ini lahir sejak zaman dahulu dan turun temurun ada. Sehingga bukan hanya masyarakat Bali yang menjalankan, hingga pulau-pulau lain seperti Jawa dan Kalimantan pun permainan sabung ayam sudah ada sejak lama.
Sebagai masyarakat Indonesia yang multikultural, kita seharusnya terus memahami dan menghargai budaya yang ada. Di Kalimantan sendiri, kita sudah kaya akan budaya-budaya lokal ditambah dengan beragam budaya yang masuk, baik dari Jawa, Bali, Sulawesi, pulau-pulau lainnya, dan bahkan hingga luar negeri. Sebagai anak muda, keberagaman di negara ini harus dipelihara sebaik mungkin. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk terus menjalankan peran sebagai pelestari budaya lokal seperti melestarikan kesenian-kesenian lokal, mengamati situs lokal yang ada di sekitar daerah, mempelajari bahasa daerah, dan bersikap positif terhadap keragaman budaya di Indonesia. Tidak terkecuali sabung ayam, seharusnya kita menghargainya.
Namun, keberlangsungan tradisi sabung ayam ini menimbulkan kontroversi. Beberapa kelompok aktivis yang peduli terhadap hak-hak hewan dan sebagian besar masyarakat yang memperjuangkan kesejahteraan hewan mengkritik praktik ini sebagai tindakan kekejaman yang tidak dapat diterima. Sabung ayam dianggap sebagai bentuk penyiksaan terhadap hewan atau istilah yang kita kenal adalah animal abuse, di mana pemilik ayam sering kali melengkapi mereka dengan pisau atau senjata lain untuk meningkatkan intensitas dan peluang menang dalam pertarungan. Akibatnya, seringkali terjadi cedera serius dan penderitaan pada ayam, bahkan berujung pada kematian salah satu pihak.
Tidak hanya berdampak negatif pada ayam, tradisi ini juga memiliki konsekuensi buruk bagi manusia. Salah satunya adalah dampak ekonomi yang merugikan, karena sabung ayam mengakibatkan pengeluaran biaya untuk mengorganisir pertarungan antar ayam. Praktik ini menciptakan kecenderungan adiksi di kalangan para pemainnya, karena jumlah uang yang dipertaruhkan cenderung signifikan. Dampak sosialnya pun cukup serius, memicu ketidaknyamanan di masyarakat karena tindakan kriminal yang meningkat yang dilakukan oleh pelaku sabung ayam, serta potensi terjadinya konflik fisik di masyarakat jika hasil pertarungan sabung ayam tidak sesuai harapan.
Tetapi dengan melihat multikulturalisme yang ada di Indonesia, apakah perlu bagi kita untuk ikut melestarikan budaya ini di era yang sudah modern serta mengenyampingkan etika dan moral terhadap nyawa hewan-hewan yang dipertaruhkan? Tentu kami sendiri beropini bahwa budaya ini merupakan ajang kekerasan bagi hewan. Di era yang modern ini, kita sudah membentuk sikap-sikap yang lebih beradab terhadap apapun dibandingkan waktu terdahulu. Tradisi sabung ayam ini menciptakan pertentangan antara aktivis-aktivis dan kalangan yang ingin melindungi budaya.
Sebagai anak muda yang memiliki semangat untuk meneruskan warisan keberagaman budaya di Indonesia, kami merasa penting bagi masyarakat untuk tetap melihat moral dan kondisi yang berlaku, memastikan bahwa keberagaman tersebut selaras dengan nilai-nilai adab. Ketika berbicara tentang tradisi sabung ayam, kami percaya bahwa masih terdapat alternatif-alternatif yang lebih menciptakan kesan positif daripada menggunakan kekerasan.
Terdapat cara-cara kreatif untuk menggantikan kontes sabung ayam yang dapat lebih mendukung nilai-nilai positif. Sebagai contoh, penggantian pertarungan ayam dengan kompetisi keindahan suara atau penampilan dapat memberikan dimensi yang lebih positif dan menghibur. Bahkan, jenis-jenis ayam yang jarang ditemui dapat diikutsertakan dalam kompetisi, mengangkat nilai keunikan dan keberagaman ayam tersebut.
Meskipun kami tidak ingin menghakimi atau merendahkan tradisi sabung ayam yang telah berakar sejak zaman dahulu, di saat bersamaan juga kami tetap menyadari bahwa zaman sudah berubah. Oleh karena itu, kita diharapkan untuk mengadaptasi diri dan bersikap lebih beradab di era sekarang ini. Menerapkan cara-cara alternatif untuk mengadu ayam tanpa menggunakan kekerasan bisa menjadi solusi yang tepat dan baik sesuai dengan perkembangan nilai-nilai sosial dan keberadaban di zaman modern.(*/dho)