Perumda Batiwakkal Tingkatkan Kinerja Lewat Pelatihan Berkala

TANJUNG REDEB, swarakaltim.com – Tahun 2011, adalah tahun terakhir Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Batiwakkal menaikan tarif pelanggan. semenjak itu sampai sekarang belum pernah ada kenaikan tarif lagi. Padahal, dari PDAM se Kaltim, Perumda Batiwakkal yang paling rendah tarif pelanggan airnya.

Bahkan, Direktur Utama Perumda Batiwakkal, Saipul Rahman menjelaskan, pihakya sudah 3 kali disurati oleh Pemerintah Provinsi Kaltim, bahkan dipanggil langsung agar melakukan penyesuaikan kenaikan tarif.

Sebenarnya, semenjak dirinya memimpin Perusahaan pelat merah tersebut, sudah lama beliau menyiapkan konsep untuk kenaikan tarif, namun masih belum disetujui oleh Kuasa Pemilik Modal (KPM) Perumda yakni Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas. Padahal Perusahaan sudah memiliki banyak program yang masih belum terealisasi jika dari segi pendapatan bisa naik.

“Sebenarnya kenaikan tarif ini urgen bagi Perusahaan, namun keputusan finalnya ada ditangan Bupati Berau selaku KPM Perumda Batiwakkal,“ jelas Saipul kepada swarakaltim.com.

Urgensi penyesuaian tarif ini disebabkan oleh beberapa faktor utama, selain karena sejak tahun 2011 belum ada penyesuaian tarif, pertimbangan lainnya adalah harga bahan material dan biaya operasional mengalami kenaikan signifikan, sedangkan tarif masih pake standar lama.

“Ketika terakhir kali tarif disesuaikan pada tahun 2011, biaya listrik yang kami bayar hanya sekitar Rp 2,3 miliar rupiah per tahun. Namun, sejak Januari hingga Juni tahun ini, biaya listrik telah mencapai Rp 6,5 miliar rupiah dan diperkirakan mencapai Rp 13 miliar rupiah hingga akhir tahun. Biaya bahan kimia juga naik empat kali lipat, dari sekitar Rp 2,5 miliar menjadi Rp 10 miliar rupiah,” imbuh Saipul Rahman.

Penyesuaian tarif ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan Perumda Batiwakkal. Bahkan Saipul juga menambahkan, ada warga yang mengeluhkan biaya sebesar Rp. 1.200.000 yang dianggap mahal untuk memindahkan water meter ke depan rumah. Padahal PDAM sempat merencanakan untuk memberikan layanan ini secara gratis, namun dana belum tersedia karena factor pendapatan yang masih standar lama.

“Biaya pokok produksi air di Berau hanya sekitar 4.900 hingga 5.000 rupiah per kubik, yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain seperti Kutai Timur, yang mencapai 8.600 hingga 9.000 rupiah per kubik,” ungkapnya. (Nht/Day).

Loading

Bagikan: