SAMARINDA, Swarakaltim.com – Pemerintah Kota Samarinda mulai menjalin kerjasama strategis dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menuntaskan berbagai persoalan tata kota, seperti transportasi yang semrawut, bangunan sekolah yang boros energi, hingga perubahan fungsi bangunan yang kerap tak terpantau.
Kepala Bagian Kerjasama Pemkot Samarinda, Idfi Septiani, menjelaskan bahwa kemitraan ini lahir dari kebutuhan nyata yang semakin kompleks. Menurutnya, pendekatan ilmiah dibutuhkan untuk menata kota secara rasional dan berkelanjutan.
“Kami butuh mitra yang bisa bantu memetakan arah ke depan secara rasional,” ucap Idfi, Senin (28/7/2025).
Salah satu fokus awal kerja sama tersebut adalah penerapan konsep green building pada bangunan sekolah. Uji coba akan dilakukan pada satu SD dan satu SMP, dengan tujuan menciptakan efisiensi energi sekaligus memastikan desain bangunan sesuai standar nasional bangunan hijau.
“Kami ingin ini betul-betul diuji dan diakui, bukan cuma klaim semata,” tegasnya.
Tidak hanya pada bangunan, kolaborasi juga akan mencakup penyusunan regulasi lingkungan dan evaluasi sistem transportasi kota. Idfi mengatakan, pengembangan sistem Transit Oriented Development (TOD) menjadi salah satu agenda penting.
“Contohnya, dari Bandara APT Pranoto ke simpang empat Lembuswana, harusnya sudah bisa nyambung ke seluruh kota. Tapi faktanya kan sekarang belum. Nah, ini yang mau dibenahi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Pemkot juga merancang penerapan konsep City Digital Twin, yakni model virtual kota yang memungkinkan pemantauan real time terhadap pemanfaatan lahan dan potensi pajak.
“Misalnya ada rumah yang berubah fungsi jadi ruko, harusnya itu langsung terdeteksi dan bisa kita sesuaikan nilai PBB-nya. Sekarang belum bisa dilakukan secara otomatis,” jelas Idfi.
Menariknya, Idfi mengungkapkan bahwa ketertarikan awal justru datang dari pihak UGM. Mereka datang ke Samarinda dengan proposal awal mengenai bangunan rendah emisi, setelah melihat kota ini memiliki pondasi regulasi yang cukup.
“Mereka cukup kaget waktu tahu kita sudah punya Perwali soal efisiensi energi dan ada Pokja Perubahan Iklim. Dari situ diskusinya berkembang lebih jauh,” katanya.
Kerja sama ini dijadwalkan berlangsung selama lima tahun, dengan implementasi awal dimulai pada 2025. Idfi berharap kemitraan ini tidak hanya menghasilkan proyek fisik, tapi juga perubahan cara pandang dalam menata kota.
“Karena kalau nggak disiapkan dari sekarang, ya kita cuma akan terus reaktif. Padahal kota ini sedang tumbuh dan masalahnya makin kompleks,” pungkasnya.(DHV)