Program Perguruan Tinggi Dorong Produk Pangan Fungsional Khas Kutai Kartanegara
KUTAI KARTANEGARA,Swarakaltim.com – Madu kelulut adalah madu yang dihasilkan oleh lebah tanpa sengat dari genus Trigona. Madu kelulut dikenal memiliki berbagai manfaat Kesehatan karena madu kelulut kaya akan nutrisi dan senyawa bioaktif seperti antioksidan, vitamin, mineral, dan senyawa antimikroba, madu ini bukan hanya sekadar pemanis alami, tapi juga dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan nilai gizi pangan sehari-hari. Kandungan unik madu kelulut yang rendah indeks glikemik menjadikannya pilihan sehat sebagai pengganti gula biasa, sehingga dapat membantu mengelola kadar gula darah dan mencegah penyakit metabolik. Selain itu, madu kelulut mengandung berbagai zat yang dapat memperkuat sistem imun, memperbaiki pencernaan, serta meningkatkan nafsu makan terutama pada anak-anak dan mereka yang membutuhkan asupan gizi tambahan. Oleh karena itu, integrasi madu kelulut ke dalam pola makan sehari-hari dapat memperkaya kualitas nutrisi makanan, mendukung pemenuhan kebutuhan gizi mikro dan makro, sekaligus memberikan manfaat kesehatan jangka panjang. Dengan demikian, madu kelulut berpotensi menjadi bahan pangan fungsional yang mampu meningkatkan kesehatan masyarakat secara luas sekaligus mendukung upaya pengembangan pangan sehat berbasis alam, melalui kegiatan program pengabdian masyarakat bertajuk “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Inovasi Gummy Candy Berbasis Madu Kelulut Sebagai Produk Olahan Fungsional untuk UMKM Pangan”. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap program pemerintah dalam mengatasi permasalahan stunting (gizi buruk). Kegiatan ini digagas oleh tim dosen dan mahasiswa lintas disiplin ilmu Universitas Mulawarman ini menyasar langsung masyarakat pelaku UMKM (Kelompok Tani Hutan Trigona Zwageri BRJ) di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini secara penuh dibiayai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui skema pemberdayaan berbasis masyarakat dengan ruang lingkup pemberdayaan kemitraan masyarakat tahun 2025
Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya bidang pengabdian kepada masyarakat. Fokus utama program adalah memberikan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM pangan dalam menghasilkan produk inovatif berbasis potensi lokal, yakni madu kelulut. Produk yang dikembangkan berupa gummy candy atau permen kenyal yang diperkaya dengan manfaat kesehatan madu kelulut. Pemilihan inovasi produk gummy candy karena merupakan permen kenyal yang banyak digemari, terutama oleh anak-anak, yang bisa dikreasikan dengan berbagai rasa dan kandungan nutrisi, dengan menggunakan madu kelulut sebagai bahan utama untuk meningkatkan minat konsumsi madu ini pada anak-anak. Bentuk permen yang menarik, seperti karakter binatang lucu, dan tekstur yang kenyal membuat permen ini mudah diterima oleh anak-anak. Jadi produk ini dipilih bukan hanya untuk mengikuti tren yang ada tapi lebih diutamakan kepada mafaat Kesehatan yang lebh optimal dari Gummy Candy, sehingga memberikan kesadaran masyarakat akan pangan fungsional-makanan dan minuman yang tidak hanya enak dikonsumsi, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan. Dengan menggabungkan madu kelulut sebagai bahan utama, gummy candy diharapkan menjadi produk olahan khas Kutai Kartanegara yang mampu bersaing di pasar nasional.
“Selama ini masyarakat mengenal madu kelulut hanya sebagai minuman kesehatan. Kami ingin memperluas pemanfaatannya dalam bentuk yang lebih menarik, terutama bagi anak-anak dan remaja. Gummy candy bisa menjadi jembatan agar masyarakat lebih dekat dengan produk sehat,” jelas Dr. Junaidin, S.E., M.Si., ketua tim pengabdian yang sekaligus merupakan dosen pada Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman dengan bidang kepakaran Ekonomi dan Bisnis serta Manajemen Produk Halal.
Program ini digawangi oleh kolaborasi tim pengabdian dari perguruan tinggi yakni dari Fakultas Farmasi, dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman. Tim dosen dengan keilmuan yang berfariatif yakni terdiri dari dosen di bidang manajemen pemasaran, farmasi, Kimia, Biologi dan akuntansi. Beberapa mahasiswa juga ikut dilibatkan sebagai asisten lapangan yakni mahasiswa Fakultas Farmasi, FEB, Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian UNMUL. Kolaborasi lintas bidang ini menjadi kekuatan utama karena kegiatan tidak hanya berfokus pada keterampilan produksi, tetapi juga strategi bisnis, pencatatan keuangan, hingga desain kemasan.
Peserta kegiatan adalah kelompok UMKM pangan lokal (Kelompok Tani Hutan Trigona Zwageri BRJ), serta ibu rumah tangga, dan pemuda yang tertarik mengembangkan usaha. Mereka hadir dengan motivasi berbeda, ada yang ingin menambah variasi produk, ada yang ingin memulai usaha baru, dan ada pula yang ingin meningkatkan pengetahuan tentang strategi pemasaran.
Inovasi kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan pada UMKM karena melalui pemberdayaan UMKM dapat meningkatkan potensi ekonomi kerakyatan. Hal ini merupakan salah satu strategi utama dalam memperkuat perekonomian nasional Indonesia, karena dapat menyerap tenaga kerja lokal dan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara. UMKM yang umumnya menggunakan modal kecil, tenaga kerja keluarga, dan teknologi sederhana ini mampu mengoptimalkan potensi sumber daya lokal sehingga dapat memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat.
“Pelatihan ini terasa lengkap karena tidak hanya diajarkan cara membuat, tetapi juga bagaimana menghitung harga pokok produksi, membuat desain kemasan, sampai cara menjual lewat media sosial,” ungkap Nur Aini, salah satu peserta yang mengikuti kegiatan.
Pelatihan dipusatkan di lokasi taman wisata Beedu Park Desa Bagun Rejo Kecamatan Tenggarong Seberang, sebuah kecamatan yang dikenal memiliki potensi pertanian dan peternakan, serta akses terhadap madu kelulut. Lokasi ini dipilih secara strategis karena kedekatan masyarakat dengan bahan baku madu kelulut yang bisa diperoleh dari peternak lebah lokal.
Selain itu, Tenggarong Seberang juga mulai berkembang sebagai kawasan penghasil produk UMKM. Dengan dukungan infrastruktur dan keterhubungan ke pusat kota Samarinda maupun Balikpapan, potensi pasar bagi produk olahan dari daerah ini sangat terbuka lebar.
Program pemberdayaan ini dimulai sejak awal Juli 2025 dan direncanakan berlangsung selama beberapa bulan dengan serangkaian tahapan hingga akhir tahun. Kegiatan perdana berupa sosialisasi dan pelatihan teknis pembuatan gummy candy dilaksanakan sejak awal bulan Juli dan dihadiri puluhan peserta.
Rangkaian program meliputi:
1. Sosialisasi – menjelaskan manfaat madu klulut dan peluang bisnis produk fungsional.
2. Pelatihan Teknis – memberikan keterampilan pembuatan gummy candy, mulai dari pemilihan bahan baku, teknik pencampuran, pengemasan, hingga standar higienitas.
3. Pendampingan UMKM – membantu peserta merancang label produk, strategi pemasaran digital, dan perhitungan biaya produksi agar usaha lebih berkelanjutan.
4. Monitoring & Evaluasi – mengukur dampak kegiatan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan omzet usaha peserta.
Madu kelulut dikenal sebagai salah satu superfood yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibanding madu biasa. Masyarakat lokal sudah lama mengonsumsinya untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mempercepat penyembuhan luka, hingga menjaga kesehatan pencernaan.
Dengan menjadikannya bahan utama dalam pembuatan gummy candy, produk ini tidak hanya memiliki cita rasa manis alami, tetapi juga berfungsi sebagai suplemen kesehatan alami.
“Permen biasanya identik dengan rasa manis yang kurang sehat. Kami ingin mengubah persepsi itu dengan menghadirkan permen sehat. Ini sekaligus peluang bisnis karena pasar modern kini sangat terbuka pada produk-produk fungsional,” kata Dr. Junaidin.S.E., M. Si.
Alasan lainnya adalah efisiensi produksi. Gummy candy relatif mudah dibuat dengan peralatan sederhana, tidak memerlukan pabrik besar, dan bisa diproduksi di skala rumah tangga. Hal ini sangat sesuai dengan kapasitas UMKM yang menjadi sasaran program.
Metode pelaksanaan dilakukan dengan pendekatan participatory learning, dimana peserta tidak hanya menerima materi tetapi juga praktik langsung. Tahapan yang dilakukan meliputi:
1. Sosialisasi dan Edukasi
Peserta dikenalkan dengan konsep pangan fungsional, manfaat madu kelulut, serta tren pasar produk sehat.
2. Pelatihan Teknis Produksi
Masyarakat diajarkan cara membuat gummy candy mulai dari pemilihan bahan, pencampuran, proses pemasakan, pencetakan, hingga pengemasan.
3. Pendampingan Bisnis
Tim membantu peserta dalam menghitung biaya produksi, menentukan harga jual, serta menyusun strategi pemasaran berbasis digital.
4. Desain Branding dan Kemasan
Peserta dilatih membuat logo, label produk, serta kemasan yang menarik dengan memperhatikan standar pangan.
5. Monitoring dan Evaluasi
Keberhasilan program diukur dari jumlah produk yang dihasilkan, minat pasar, serta kemampuan peserta untuk melanjutkan usaha secara mandiri.
Selama kegiatan, suasana terlihat antusias. Peserta bersemangat mencoba mencetak gummy candy dengan berbagai bentuk menarik, berdiskusi tentang rasa yang cocok, hingga berdebat mengenai desain kemasan yang paling menarik perhatian konsumen.
Kegiatan ini diharapkan mampu menjadi solusi konkret bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan hadirnya produk olahan baru, UMKM memiliki peluang untuk memperluas pasar, meningkatkan omzet, serta memperkuat identitas lokal.
Menurut Dr.Junaidin. S.E., M. Si, program ini tidak hanya berorientasi jangka pendek. “Kami berharap masyarakat benar-benar bisa mengembangkan produk ini secara berkelanjutan. Jangan berhenti di pelatihan, tetapi harus berani masuk ke pasar, baik offline maupun online,” tegasnya.
Sejumlah peserta menyampaikan harapan agar pelatihan semacam ini terus berlanjut. Mereka menilai kegiatan tidak hanya menambah keterampilan, tetapi juga memperkuat rasa percaya diri dalam bersaing di pasar modern.
Pengabdian masyarakat melalui inovasi gummy candy berbasis madu kelulut menjadi bukti nyata bagaimana perguruan tinggi dapat berperan langsung dalam pemberdayaan masyarakat. Sinergi antara ilmu pengetahuan, potensi lokal, dan semangat wirausaha diharapkan mampu melahirkan produk olahan fungsional yang tidak hanya sehat tetapi juga bernilai ekonomi tinggi.
“Ini adalah investasi sosial. Kami yakin, jika masyarakat terus berinovasi, Kutai Kartanegara akan dikenal bukan hanya sebagai daerah penghasil madu kelulut, tetapi juga sebagai pusat produk pangan fungsional yang membanggakan,” tutup Junaidin.
Sebagai bentuk dukungan nyata, pada akhir pelatihan dilakukan penyerahan peralatan produksi gummy candy kepada kelompkok UMMK Kelompok Tani Hutan Trigona Zwageri BRJ. Bantuan ini diharapkan menjadi modal awal bagi UMKM untuk segera memproduksi dan memasarkan produk inovatif berbasis madu kelulut tersebut.(*)
