Setiap Tahun Kecamatan Damai Gelar Festival Sarut Ajang Promosi Wisata Budaya

SENDAWAR, Swarakaltim.com – Festival Sarut adalah festival budaya di Kabupaten Kutai Barat (Kubar), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), yang dirayakan dan mempromosikan kerajinan khas daerah, yaitu Ulap Sarut, sehelai kain tenun dari Suku Dayak Benuaq.

Selain untuk melestarikan kearifan lokal dan kerajinan tradisional, festival sarut ini juga berfungsi sebagai ajang mempererat silaturahmi, mempromosikan pariwisata, dan merayakan hari jadi Kecamatan Damai setiap tahunnya. Oleh karena itu, Bupati Kubar Frederick Edwin, mendorong pemerintah 16 Kecamatan se-Kubar, untuk terus menguatkan identitas yang kaya akan seni dan budaya daerah Kubar.

Melalui Festival Sarut, Kecamatan Damai di bawah kepemimpinan, Iman Setiadi, berupaya menjadikan kegiatan tahunan ini sebagai wadah pelestarian budaya sekaligus potensi wisata unggulan daerah ke tingkat nasional. Menurutnya seni dan budaya merupakan pintu masuk paling kuat dalam mengembangkan sektor pariwisata.

Meski wilayahnya memiliki 19 kampung dengan beragam potensi, ia mengakui bahwa hingga kini pengembangan wisata belum berjalan optimal. Namun, lewat Festival Sarut, Kecamatan Damai berhasil menumbuhkan kembali minat masyarakat terhadap warisan leluhur mereka, terutama seni menyarut atau menenun kain khas suku Dayak Benuaq.

“Kalau masalah seni budaya sudah kita usahakan. Kurang lebih hampir empat tahun Kecamatan Damai ada event Festival Sarut yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Event ini dalam rangka mempromosikan potensi seni dan budaya yang ada di Kecamatan Damai, khsususnya Kabupaten Kubar,” ujar Iman Setiadi, Rabu (8/10/2025).

Festival yang digelar setiap awal Agustus itu sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun Kecamatan Damai dan HUT kelompok Kiai Pane Pemontelawai, komunitas pengrajin sarut yang aktif menjaga eksistensi tradisi seni budaya wilayah ini yang selalu meriah dan menjadi agenda yang dinantikan masyarakat.

“Dalam festival sarut ini beragam kegiatan digelar untuk menarik minat generasi muda dan wisatawan, mulai dari lomba menyarut, karnaval busana sarut, fashion show, hingga pertunjukan seni tradisional. Semua kegiatan itu menonjolkan keindahan kain ulap sarut, simbol budaya Dayak Benuaq yang sarat makna dan filosofinya,” terang Iman.

Ia juga mengharapkan bagi generasi muda tidak melupakan seni budaya, khususnya suku Dayak Benuaq. Karena sarut adalah ciri khas seni menjahit dari leluhur mereka. Untuk itu Iman berharap generasi muda saat ini tetap mencintai dan mengembangkan warisan ini budaya mereka.

“Ada 10 motif kain sarut yang telah memiliki hak kekayaan intelektual. Keberhasilan ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kecamatan Damai, karena menunjukkan bahwa hasil karya masyarakat telah diakui secara hukum dan memiliki nilai ekonomi yang bisa dikembangkan,” harapnya. (Adv-kbr)

www.swarakaltim.com @2024