SENDAWAR, Swarakaltim.com – Kecamatan Melak bersiap menggelar Festival Melayu Gemeoh 2025 dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-224 Kecamatan Melak. Perayaan budaya tujuh tahunan ini akan berlangsung selama sepekan, mulai 11 hingga 17 November 2025, dengan berbagai agenda seni dan olahraga tradisional bernuansa pesisir.
Camat Melak, Asrin Surianto, mengatakan seluruh rangkaian kegiatan akan dipusatkan di tiga titik utama, yakni halaman Kantor Camat Melak, panggung di kawasan Tambak Malang, serta UPTD Pelabuhan Melak.
“Halaman Kantor Camat digunakan untuk acara pembukaan, penutupan, lomba Bejagur, dan pameran. Sementara panggung Tambak Malang difungsikan untuk pentas seni, dan UPTD Pelabuhan Melak menjadi lokasi perlombaan perahu naga serta ces atau ketinting,” ujarnya, Senin (10/11/2025).
Ia menambahkan, acara pembukaan akan dikemas istimewa dengan perpaduan unsur adat Kutai dan seremoni nasional. Rencananya, pembukaan akan dihadiri Bupati Kubar Frederick Edwin bersama perwakilan Kesultanan Kutai Kartanegara.
“Pembukaan akan dimeriahkan dengan Tari Kolosal dan kirab budaya dari seluruh paguyuban di Kecamatan Melak. Kami juga mengundang tokoh masyarakat dari kampung dan kelurahan,” jelasnya.
Beragam perlombaan akan digelar selama sepekan, mulai dari menyumpit, belogo, begasing, balap perahu naga, hingga lomba ces atau ketinting di sungai. Di malam hari, masyarakat akan dihibur melalui panggung rakyat yang menampilkan berbagai kesenian etnis, seperti kuda kepang dari Jawa, tari berijok dari Tunjung Benua, hingga tingkilan khas Kutai.
Asrin juga menyebut tahun ini ada kegiatan baru bertajuk “Kobar Bejagur Season 4” yang dijadwalkan pada Sabtu malam, 15 November 2025, di halaman Kantor Camat Melak. Acara tersebut diharapkan menjadi magnet hiburan bagi warga dan generasi muda, sekaligus ajang unjuk kreativitas lokal.
Sementara itu, pada hari penutupan, masyarakat akan diajak menikmati tradisi khas pesisir Melak, yakni makan bekerobok dan becolet pupur basah di kawasan Tambak Malang. Dua tradisi ini telah lama menjadi simbol kebersamaan dan kegembiraan masyarakat setempat.
“Penutupan di Tambak Malang akan ditutup dengan tradisi bekerobok dan becolet pupur basah, karena itu sudah menjadi adat yang selalu dinanti warga,” ungkap Asrin.
Ia menegaskan, Festival Gemeoh bukan sekadar hiburan rakyat, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap akar budaya Melayu pesisir yang hidup di tepian Sungai Mahakam.
“Ini adalah pesta budaya dari masyarakat dan untuk masyarakat. Kami berharap seluruh warga berpartisipasi aktif serta memberikan kesan terbaik kepada para tamu yang datang. Festival ini menjadi bukti bahwa masyarakat Melak tetap bangga dan bersemangat menjaga warisan budayanya,” pungkas Asrin. (Adv-kbr)