Oleh : Riyawan S.Hut
Pengamat Sosial
Swarakaltim.com – Semua orang pasti sudah familiar dengan pentingnya pohon bagi dunia dan kehidupan kita, mulai dari oksigen yang dihasilkannya hingga perannya dalam menjaga keseimbangan alam. Namun, berapa banyak dari kita yang benar-benar sadar akan arti pohon dalam kehidupan sehari-hari? Kesadaran yang sesungguhnya adalah yang mendorong tindakan nyata,bukan sekadar pengetahuan teoritis yang hanya muncul saat merayakan Hari Pohon Sedunia. Di luar momen peringatan itu, pohon-pohon dan hutan-hutan kita justru masih terus mengalami kerusakan akibat tebangan liar dan pengabaian, yang pada akhirnya mengancam keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan hidup kita.
Manfaat pohon sangat konkret dan vital, mulai dari menghasilkan oksigen yang kita hirup, mencegah banjir dan longsor, hingga menjaga kestabilan suhu dan menyerap karbon dioksida. Sayangnya, fakta ini belum cukup membangunkan kesadaran kolektif masyarakat untuk mengubah perilaku dan kebijakan lingkungan yang bisa mencegah kerusakan lebih lanjut. Kerusakan hutan yang berkelanjutan tidak hanya mengancam kelangsungan pohon itu sendiri, tapi juga menimbulkan bencana alam yang semakin sering melanda, seperti banjir dan tanah longsor, yang menyisakan dampak besar bagi kehidupan manusia.
Pada Hari Pohon Sedunia ini, sudah saatnya kita menanamkan kesadaran spiritual dan etika lingkungan yang dalam, menjadikan pohon bukan hanya objek pelestarian, tapi juga metafora untuk keteguhan dan karakter manusia. Kesadaran ini harus berakar kuat dalam keyakinan dan tanggung jawab kita sebagai makhluk yang menjaga ciptaan. Mari berhenti menjadi penonton, dan mulai beraksi dengan menanam pohon, melindungi hutan, dan mendukung pelestarian lingkungan sebagai bentuk kontribusi nyata bagi keberlangsungan bumi dan masa depan. Pohon adalah kehidupan,jika pohon kuat berakar, kehidupan pun akan kuat bertahan.
Jeritan Data, Wajah Nyata Bencana Indonesia
Berikut adalah rangkuman statistik terbaru tentang bencana alam di Indonesia tahun 2025 berdasarkan data BNPB hingga Oktober 2025. Sepanjang tahun, Indonesia mengalami total 2.590 kejadian bencana, dengan banjir menjadi yang paling banyak terjadi sebanyak 1.287 kali. Disusul oleh cuaca ekstrem sebanyak 539 kejadian, termasuk hujan deras, angin kencang, dan suhu panas. Kebakaran hutan dan lahan menempati posisi ketiga dengan 475 kejadian, diikuti tanah longsor sebanyak 188 kali dan kekeringan 30 kali. Sedangkan gempa bumi terjadi sebanyak 20 kali, serta erupsi gunung berapi dan tsunami masing-masing sebanyak 4 dan 1 kali
Data ini menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat rentan terhadap bencana yang sering terjadi, terutama akibat perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Tingginya angka kejadian ini bertambah saat memasuki masa transisi musim kemarau ke musim hujan, menuntut kewaspadaan dan upaya mitigasi yang lebih serius dari pemerintah dan masyarakat. Kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan harus menjadi bagian dari langkah konkrit agar bencana tidak terus memakan korban dan kerusakan yang semakin besar di tahun-tahun mendatang
Menemukan Kembali Akar Spiritual dan Karakter Unggul
Dalam QS. Ibrahim ayat 24-25, Allah SWT memberikan perumpamaan yang sangat mendalam tentang kualitas hidup yang unggul dengan membandingkan “kalimat yang baik” seperti pohon yang baik: berakar kuat, batang kokoh, dan cabangnya menjulang tinggi ke langit. Perumpamaan ini mengajarkan bahwa fondasi keyakinan (akar) yang teguh menjadi dasar kehidupan yang kokoh, tidak mudah goyah oleh berbagai cobaan. Batang yang kokoh mencerminkan integritas dan keteguhan sikap, sementara cabang yang menjulang melambangkan visi dan aspirasi yang terus berkembang ke arah yang lebih baik
Para ulama, termasuk Prof. Quraish Shihab, menjelaskan bahwa pohon dalam perumpamaan ini bukan hanya soal kekuatan fisik, tetapi juga simbol karakter manusia yang beriman dan beretika. Akar yang kuat menandakan keimanan yang mendalam dan pemilihan sumber kehidupan yang halal dan baik, sedangkan buah yang dihasilkan adalah amal saleh yang memberi manfaat berkelanjutan bagi sesama dan lingkungan sekitar. Ini adalah gambaran manusia yang berkontribusi positif sepanjang waktu dengan keimanan yang terjaga dan tindakan nyata yang berlandaskan etika.
Dengan demikian, perumpamaan ini menjadi blueprint karakter bagi setiap manusia yang ingin hidup bermakna dan berpengaruh positif. Kualitas hidup yang unggul bukan hanya soal teori, melainkan menerapkan prinsip keimanan yang kokoh, integritas yang teguh, serta visi dan aksi yang berbuah manfaat bagi kehidupan dan lingkungan. Refleksi ini sangat relevan dalam konteks bencana dan kerusakan lingkungan saat ini, sebagai pengingat bahwa kekuatan akar spiritual dan karakter manusia sangat menentukan ketahanan dan keberlanjutan hidup kita
Memilih untuk Menjadi Pohon
Ketika kita memperhatikan data 2.590 bencana yang melanda Indonesia, kita sebenarnya tidak hanya melihat krisis lingkungan, tetapi juga krisis akar spiritual manusia. Seperti pohon yang dicabut akarnya, ketenangan hidup manusia pun akan hilang. Dalam konteks spiritual, akar yang kuat melambangkan keyakinan dan etika yang kokoh, pondasi yang membuat kita mampu menghadapi badai alam dan kehidupan tanpa rasa takut
Batang pohon yang kokoh menggambarkan integritas dan aksi nyata yang harus kita pegang teguh, bukan sekadar menuntut perubahan lingkungan tapi juga menjadi bagian dari solusi. Di tengah semakin nyata ancaman bencana, menanam pohon bukan lagi sekadar simbol, melainkan penanaman kesadaran yang mendalam bahwa setiap daun dan akar adalah manifestasi ajaran spiritual yang mengajarkan kita menjadi manusia berkarakter kuat dan berbuah manfaat.
Pohon adalah metafora kehidupan yang mengajak kita memilih: menjadi pohon rapuh yang mudah tumbang, atau pohon dengan akar menghujam kuat yang mampu berbuah dan memberikan manfaat sepanjang masa. Kesadaran ini harus menjadi landasan dalam upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan karakter yang tangguh, demi mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan dan bermakna(*/sk)