TANJUNG REDEB, Swarakaltim.com – Keluhan masyarakat perkampungan khususnya yang jauh dari ibu kota saat berurusan seperti berobat karena ada rujukan dari Rumah Sakit (RS) Pratama di Kecamatan Talisayan atau puskemas terdekat kampung asal warga dan berbagai kebutuhan pengurusan data administrasi kependudukan, cukup membuat masyarakat kelimpungan akan biaya dikeluarkan.
Menanggapi hal tersebut Wakil Ketua I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Berau yang baru saja di definitifikan tersebut yakni Subroto saat dijumpai dikantornya Jl Gatot Subroto Kecamatan Tanjung Redeb belum lama ini mengatakan, dirinya menyarankan kepada Pemerintah Kabupaten Berau menyikapi keluhan yang ada, kedepan dipertimbangkan untuk menyediakan fasilitas rumah singgah, kalau bisa untuk tiap kampung di dalam kota Tanjung Redeb.
“Kalau hal itu terwujud, akan sangat meringankan masyarakat perkampungan pada saat berurusan di ibu kota. Makanya Pemerinta daerah melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait kami harapkan dapat menjajaki program tersebut, bagaimana sistem dan formatnya agar rumah singgah bagi perkampungan dapat segera direalisasikan,” kata Subroto.
Kendatipun saat ini tambahnya, aspirasi adanya rumah singgah bagi warga perkampungan disuarakan oleh warga bermukim di daerah pesisir, khususnya di Kecamatan Talisayan. Akan tetapi hal sama diperkirakan juga pasti menjadi aspirasi warga Kampung lainnya. “Sebab tidak jarang banyak yang mengadu pada saya karena soal biaya perjalanan transportasi dan lain-lain sangat mahal di tengah kota Tanjung Redeb,” paparnya lagi.
Karena itu lanjut Subroto, untuk orang sakit rata-rata kebanyakan usai perawatan di RSUD dr Abdul Rivai tidak boleh pulang atau harus mengikuti periksa rutin paling banyak dikeluhkan, atau warga harus lewat rawat jalan. Sehingga tidak memungkinkan harus pulang lagi ke pesisir, pedalaman dan daerah terluar kepulauan lainnya. “Sehingga rumah singgah itu penting bagi mereka yang membutuhkan untuk menekan pengeluaran mereka,” imbuh Dewan asal Partai Golongan karya (Golkar) itu.
Terkait rumah singgah yang ideal untuk setiap kampung menurut Subroto serupa semi hotel dan dapat menampung banyak orang. Bersih dan memiliki standar yang bagus untuk kenyamanan warga singgah juga berharap konsumsi dan fasilitas dapat terpenuhi .”Fasilitas itu tentunya tidak gratis, adalah biaya harus dibayarkan masyarakat perkampungan itu, namun tarif disubsidi sehingga cukup membantu masyarakat. Namun fasilitas bukan sekedar untuk istirahat tapi konsumsi kalau bisa tersedia dari rumah singgah itu,” harap Subroto. (Adv/Nht)