Roti Balok, Cita Rasa Khas Kutai yang Menjadi Identitas Desa Tanjung Batu

TENGGARONG SEBERANG,Swarakaltim.com – Aroma manis gula merah yang baru keluar dari oven bercampur dengan wangi gurih wijen panggang—begitulah sensasi pertama yang menyambut saat mencicipi roti balok khas Desa Tanjung Batu, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara. Teksturnya lembut di dalam, sedikit garing di luar, dan manisnya pas di lidah. Kudapan ini bukan sekadar pengganjal perut, tetapi juga warisan rasa yang sudah turun-temurun dijaga oleh warga setempat.

Roti balok dikenal memiliki cita rasa autentik dan daya tahan yang mengagumkan—tetap segar hingga tiga sampai tujuh hari—sehingga sangat cocok menjadi oleh-oleh bagi wisatawan. Disajikan hangat bersama secangkir teh, roti balok menghadirkan kenikmatan sederhana yang membangkitkan nostalgia.

Desa Tanjung Batu sendiri berada di kawasan strategis yang menjadi lokasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) yang memasok energi ke berbagai wilayah Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan. Di tengah geliat industri energi ini, kuliner roti balok justru menjadi identitas desa yang tak kalah membanggakan.

Seorang pengrajin roti balok di desa ini mengaku tetap mempertahankan resep keluarga yang diwariskan turun-temurun. Proses pemanggangan pun masih menggunakan oven kompor tradisional demi menjaga cita rasa khas. Inovasi dilakukan dengan menambahkan taburan wijen di atas roti, membuat tampilannya semakin cantik dan menggugah selera.
“Resep ini dari keluarga suami, dan sekarang kami tambahkan wijen supaya lebih menarik,” ujarnya sambil tersenyum.

Ia juga mengungkapkan rahasia utama kenikmatan roti balok adalah penggunaan gula merah asli seperti di masa lalu. Namun, kualitas gula merah saat ini dinilai berbeda sehingga sedikit memengaruhi rasa.
“Kalau pakai gula merah asli, rasanya jauh lebih enak. Sekarang kadang rasa gula merahnya beda-beda,” tuturnya.

Meski menjaga kualitas rasa, proses produksi masih mengandalkan peralatan sederhana. Hal ini membuat para pengrajin berharap adanya dukungan peralatan modern seperti oven listrik, agar produksi bisa lebih efisien dan jumlahnya meningkat.

Bagi warga, roti balok bukan hanya sumber penghasilan, tetapi juga kebanggaan. Pelestarian dan promosi kuliner ini menjadi penting agar roti balok semakin dikenal luas. Keunikan ini bahkan dapat menjadi peluang bagi perusahaan yang beroperasi di wilayah Tanjung Batu untuk berkontribusi lewat program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), seperti menyediakan peralatan produksi modern, pelatihan pemasaran, atau pengembangan kemasan yang lebih menarik.

Jadi, jika Anda berkunjung ke Kutai Kartanegara, sempatkanlah mampir ke Desa Tanjung Batu. Rasakan sensasi menggigit roti balok hangat langsung dari oven tradisionalnya, bawa pulang sebagai oleh-oleh, dan jadilah bagian dari upaya melestarikan kuliner khas Kutai yang sarat cerita dan rasa.(*dina/dho)

www.swarakaltim.com @2024