SENDAWAR, Swarakaltim.com – Pemerintah Kabupaten Kutai Barat (Kubar), melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kubar, tengah menyusun tujuh buku yang mendokumentasikan nilai-nilai adat, sejarah dan kearifan lokal masyarakat di Bumi Sendawar Tanaa Purai Ngeriman.
Penulisan buku tentang Dayak mencakup berbagai aspek budaya, sejarah, dan kehidupan masyarakatnya, dengan beberapa buku yang berfokus pada kearifan lokal, perjuangan politik, adat istiadat spesifik suku, hingga seni dan filosofinya.
Untuk itu Pemkab Kubar melalui Disdibud Kubar mulai melaksanakan program ambisius di bidang kebudayaan, yakni dengan penulisan tujuh buku yang mendokumentasikan sejarah, adat istiadat, dan kearifan lokal masyarakat Dayak Benuaq dan Tunjung.
Penulisan buku Dayak Tunjung Benuaq ini dimulai sejak 24 September 2025 dan dijadwalkan selesai pada 22 Desember mendatang. Melalui mekanismenya swakelola tipe III, proyek penulisan tujuh buku kebudayaan tersebut menjadi salah satu langkah konkret pemerintah daerah dalam upaya menjaga memori kolektif masyarakat agar tidak hilang ditelan modernisasi.
Kegiatan ini resmi memasuki tahap presentasi laporan pendahuluan. Salah satu penulis yang terlibat, Fidelis Nyongka, dengan penjelasannya kegiatan ini masih berada pada tahap awal, yakni laporan pendahuluan. Hal itu dipaparkannya dalam kegiatan ini berlangsung di ruang rapat Disdikbud Kutai Barat, Kamis (16/10/2025).
Dalam forum tersebut, Fidelis Nyongka, mempresentasikan konsep masing-masing buku di hadapan pihak Disdikbud Kutai Barat, untuk mendapatkan masukan sebelum masuk ke tahap akhir. Ia menjabarkan laporan pendahulu berisi gambaran umum tentang rencana penulisan, termasuk lokasi penelitian, sistematika penulisan, serta langkah-langkah menuju penyelesaian buku.
Menurut Fidelis Nyongka, tahapan penulisan disusun secara sistematis agar hasilnya tidak sekadar menjadi catatan akademik, tetapi juga sumber pembelajaran bagi masyarakat luas secara nasional. Kata dia, penulisan memang ada tahapannya, mulai dari laporan pendahuluan, laporan akhir sampai cetak buku.
“Laporan pendahulu kita sampaikan misalnya lokasi penelitian di mana, berapa lama waktu penulisannya, bagaimana sistematikanya, dan apa isi bukunya. Untuk itu kita meminta Disdikbud Kutai Barat memberi masukan, yang nantinya berujung pada muaranya saat laporan akhir bisa lebih matang,” jelasnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutai Barat, R.L. Bandarsyah, turut mengapresiasi inisiatif tersebut. Ia berharap penulisan buku dapat menjadi referensi penting bagi pelajar dan masyarakat dalam memahami budaya lokal. “Semoga kehadiran berbagai pihak bisa memberikan saran dan dukungan untuk penyusunan buku kebudayaan ini,” imbunya.
Tujuh judul buku yang akan diterbitkan berjudul :
- Pelangi Sendawar, 101 Nasihat Bijak dalam Ritual Perkawinan Adat Dayak Benuaq
- Pesan Eskatologis dalam Ritual Kematian Dayak Benuaq
- Monaq dan Ringeng Jilid II
- Sejarah Lamin Tolan, Mancong, Benung dan Pepas Eheng
- Strategi Pembangunan dan Pelestarian Adat
- Hukum Adat Budaya Rentenukng Berbasis Komunitas Lokal
- Sejarah Kampung-Kampung di Kawasan Linggang.
Penulisan tujuh buku itu merupakan perkumpulan Bina Benua Putujaji yang dipimpin Palus Kadok. Buku buku tersebut ditargetkan rampung pada Desember 2025. Kemudian setelah mendapat lisensi resmi, seluruh buku akan digandakan dan disebarkan ke sekolah-sekolah. (Adv-kbr)