SAMARINDA, Swarakaltim.com – Gubernur Kaltim H Isran Noor menceritakan pengalaman karirnya setelah lulus dari Fakultas Pertanian Unmul, kemudian di terima bekerja sebagai tenaga penyuluh pertanian di Dinas Pertanian pada tahun 1981, dimana sebulan setalah diterima bekerja, langsung dikirim untuk bertugas di Desa Long Apari pada bulan September tahun 1981.
“Pada waktu itu, dari Dinas Pertanian ada yang namanya program terpadu berupa bantuan kepada Resettlement Penduduk (Respen) untuk masyarakat di pedalaman, tepatnya di Desa Long Apari. Untuk menuju kesana harus naik taksi kapal tiga hari dua malam, setelah sampai di Long Bagun, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan longboat dengan perjuangan melewati beberapa keham (riam) seperti Keham Haloq, Udang, Keham Panjang,” cerita Isran Noor dihadapan mahasiswa Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), pada acara pemberian bantuan donasi dan bantuan sembako darI Geber IKA Unmul, yang digelar di Sekretariat IKA Unmul Kompleks Kampus FKIP Unmul Gunung Kelua Samarinda, Jumat (23/9/2022) lalu.
Isran melanjutkan ceritanya, waktu itu Kepala Dinas Pertanian namanya Raja Gaoq yang menugaskan Kepala Subdin Produksi Dinas Pertanian Provinsi yang namanya Abdul Hamid, namun kemudian Pak Hamid menyuruhnya untuk melaksanakan tugas yang sebelumnya dibebankan kepadanya.
“Is..(sapaan akrab Isran Noor), kamu saja yang berangkat ke pedalaman, yang namanya diberikan tugas, tentu saya siap, padahal waktu itu saya baru sebulan diterima bekerja sebagai penyuluh pertanian, lalu beri tugas ke pedalaman tepatnya ke Desa Long Apari, waktu itu untuk menuju desa tersebut melewati beberapa desa pedalaman seperti Desa Long Pahangai yang ada lapangan pesawat terbangnya, termasuk melewati beberapa keham,” ujarnya dikutip Swara Kaltim melalui berita Biro Adpim Setprov Kaltim.
Isran menceritakan kenapa mereka (teman-teman satu kerja) termasuk Abdul Hamid tidak mau bertugas di pedalaman, karena informasi yang mereka terima dan mendengar, setiap orang yang berangkat kepedalaman yang melewati keham udang dan keham panjang, sering terjadi musibah longboat terbalik, sehingga banyak orang yang meninggal dunia, baik itu warga lokal, orang Belanda, orang Jerman, dimana makamnya berada tepian sekitar Keham Udang, pada tahun 1981.
“Walaupun saya sudah mendengar kabar dan informasi tersebut, namun saya yang mananya tugas harus dilaksanakan, dan berangkatlah ke Desa Long Apari bersama beberapa orang, dan tinggal disana selama tiga bulan di Desa Long Apari. Waktu itu dulu belum ada pemekaran seperti Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Kutai Barat, namun waktu itu masih masuk dalam Kabupaten Kutai,” ujarnya.
Kalau mau melewati Keham Udang lanjut Isran Noor, airnya harus pas, artinya bila airnya surut tidak bisa lewat, begitu juga kalau airnya dalam juga tidak bisa, dan airnya harus pas, kalaupun mau dilewati harus dibantu dengan longboat ditarik dengan tali, waktu itu motoris longboat yang ditumpanginya namanya Pak Dabung, jadi kalau airnya tidak pas harus mampir dulu di tepian sungai sambil menunggu air pas, sambil menunggu air surut, menangkap ikan jelawat, dimana pada waktu itu sangat mudah menangkap ikan disela-sela batu.
“Apa yang orang katakan kalau melewati Keham Udang bisa celaka dan bahkan menimbulkan korban jiwa, namun waktu itu saya dan rekan-rekan bisa melewati Keham Udang dangan selamat dan sekarang saya masih hidup, itu sejarah perjalanan hidup saya pada tahun 1981,” jelasnya.
Terkait pengalaman hidup tersebut, Isran Noor berharap bisa menjadi memotivasi seluruh mahasiswa yang berasal dan Kabupaten Mahakam Ulu, untuk terus bersemangat dalam menuntut ilmu, teruslah belajar dan belajar, terus tingkatkan kompetensinya, sehingga mampu bersaing dengan mahasiswa lainnya diera globalisasi saat ini.
“Untuk meraih cita-cita dan kesuksesan perlu yang namanya kerja keras, perlu pengorbanan, oleh karena itu, kami harapkan kepada seluruh mahasiswa untuk terus belajar dan belajar, baik yang masih pendidikan maupun yang sudah lulus untuk terus meningkatkan kompetensi, jadilah pelopor pembangunan dalam berbagai bidang yang nantinya dapat berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat bahkan bagi pembangunan di daerah,” pesan Isran Noor menutup ceritanya.(aya/sk).