Foto suasana perawatan mesin operasional oleh tenaga teknis, guna meminimalkan biaya kerusakan bagian produksi.
TANJUNG REDEB, swarakaltim.com – Mengacu kepada prestasi yang baru saja diraih oleh Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Batiwakkal yakni peringkat ke 2 atas program keterbukaan informasi public, kini Perusahaan pelat merah tersebut sampaikan akan terget pendapatan tahun 2022 sebesar Rp 69 miliar. Bukan tanpa alasan, pasalnya diprediksi biaya operasional termasuk produksi di ini juga merangkak naik ke angka Rp 69 miliar tersebut.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama (Dirut) Perumda Batiwakkal Saipul Rahman beberapa waktu lalu dikantornya Jalan Raja Alam I, Kecamatan Tanjung Redeb. Terkait laporan keuangan, dan pembiayaan perusahaan, menurut Petinggi di Perumda Air Minum Batiwakkal, juga harus diketahui masyarakat. Sebagai perusahaan pelayanan publik, Perumda harus transparan soal berapa pendapatan dan berapa biaya operasional dan biaya lainnya.
“Misal tahun 2018 pendapatan Perumda kala itu Rp 44 miliar, namun biaya operasional juga rendah saat itu, bahkan jika pendapatan 2018 kalau dikonversikan ke biaya operasional tahun 2022 yang senilai sekitar Rp 55 miliar, artinya maka mines 11 miliar. Makanya setiap tahun kita berupaya meningkatkan pendapatan dengan berbagai cara agar minimal bisa seimbang antara pemasukan dan pengeluaran,“ papar Saipul kepada Swara Kaltim.
Lanjut Saipul, akhir tahun 2019 dimasa awal kepemimpinan dirinya, pemasukan Perumda naik menjadi Rp 54 miliar, tahun 2020 Rp 58 miliar dan tahun 2021 Rp 63 miliar, namun kenaikan tersebut juga seiring dengan kenaikan biaya operasional serta biaya biaya lainnya. “Jadi melihat dari pemasukan, saya perkirakan akhir tahun ini pendapatan mampu mencapai Rp 69 miliar. Namun pengeluaran juga ikut naik pasca adanya kenaikan harga BBM, saya prediksi tahun ini juga mencapai sekitar Rp 69 miliar,“ imbuh Dirut Perumda tersebut.
Disetiap kesempatan, Dirut yang memimpin Perumda Batiwakkal dari tahun 2019 tersebut sering menjelaskan ke seluruh bawahannya, bahwa Perumda dan jajarannya jika ingin meningkatkan sejahtera maka harus berusaha kerja keras dan terus merinovasi meningkatkan pendapatan perusahaan bersama sama.
“Contoh saja listrik dari intake untuk menaikkan air dari sungai sampai kepenampungan saja memerlukan biaya sekitar Rp 300 juta, belum pengolahan air sekitar Rp 300 juta, belum lagi operasional yang lainnya. Prinsip saya, jika sakit ya sama sama sakit, jika enak ya sama sama dinikmati. Makanya kami terus melakukan penghematan operasional agar jika ada kelebihan, karyawan yang telah bekerja keras memajukan perusahaan dan pelayanan ini bisa memeproleh penambahan kesejahteraan juga,“ pungkas Saipul Rahman. (Nht).