Ingatkan Perkokoh Persatuan, Puji: Jangan Takluk dengan Kecanggihan Teknologi

SAMARINDA, Swarakaltim.com – Anggota DPRD Kalimantan Timur Puji Setyowati SH MHum mengingatkan terus memperkokoh rasa persatuan agar tidak ditaklukan kecanggihan tekhnologi sebagai penyebab hilangnya kebangsaan bagi generasi penerus bangsa di Kaltim, khususnya Samarinda.

Hal ini dikemukakan Puji dalam kegiatan Sosialisasi Wawasan Kebangsaan (Sosbang) di Jalan Proklamasi Kelurahan Sungai Pinang Dalam kecamatan Sungai Pinang Dalam Sabtu (13/5/2023) dengan menghadirkan narasumber Advokad sekaligus Dosen Gabriel Gaja Tukan SH MHum CLA dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama
Mahakam Samarinda Dr Jaidun SH MH.

Puji yang juga wakil ketua Komisi IV DPRD Kaltim ini mengatakan, sosialisasi wawasan kebangsaan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang 4 konsensus dasar dalam bernegara atau pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Adapun penerapan konsensus bernegara yaitu Komitmen kebangsaan, artinya komitmen terhadap ideologi kebangsaan pancasila sebagai dasar bernegara (Berketuhahan dan Berprikemanusiaan), Toleransi, atau sikap untuk memberi ruang dan tidak mengganggu orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinan, dan menyampaikan pendapat (Toleransi dengan Keragaman untuk Persatuan Bangsa), kemudian Anti radikalisme dan Kekerasan (Pemaksaan Keyakinan) serta Akomodatif terhadap budaya lokal dan Membangun Bangsa

Menurutnya, dirinya sebagai anggota DPRD Kaltim memiliki kewajiban agar kebangsaan itu ada di dalam tiap diri warga ini.

“Bagaimana kita bersilaturahim yang baik, bagaimana kita saling asah asih, dan asuh terhadap tetangga, terhadap umat dan kaum kita. Kita juga harus gotong royong terhadap lingkungan dimana kita tinggal. Falsafah dimana bumi kita pijak, langit kita junjung menjadi sebuah tekad keyakinan di dalam diri kita bersama-sama mempunyai tanggung jawab yang sama,” pesan Politisi Partai Demokrat ini.

Ia mengingatkan pula Semboyan Bhinneka Tunggal Tunggal Ika. Oleh karena itu ditekankannya jangan sampai dicederai oleh tindakan yang justru memecahkan itu semua.

Sementara Gabriel dalam materinya menekankan untuk tidak lagi mempersoalkan perbedaan di nusantara ini.

“Perbedaan itu rahmat dan anugerah bagi bangsa kita. Tidak ada yang menjamin di negara ini yang satu negara hanya satu suku bisa damai. Bukan karena kita lahir sebagaimana orang suku A, tapi yang bikin kacau itu manusianya sendiri, sikap dan perilaku kita. Bukan berarti orang agama beda, perilaku juga beda,” tegas Gabriel.

Sedangkan Jaidun diantaranya mengingatkan bahwa Media Sosial sebagai bagian dari tantangan keberagaman.

“Media sosial memiliki kerawanan yang lebih besar dibandingkan dengan konvensional/media mainstrime, karena siapa saja bisa menjadi pemilik media, jurnalis, penulis yang men-share apa saja yang diinginkan. Oleh karena itu, masyarakat juga harus waspada dan berhati-hati dalam mendownload, menshare berita yang tidak dipastikan kebenarannya,” pesan Jaidun.(dho)

Bagikan:

Related posts