Foto Kepala Dinas Perkebunan Lita Handini.
TANJUNG REDEB, Swara Kaltim – Rendahnya harga karet beberapa tahun terakhir, membuat para petani karet di Kabupaten Berau enggan untuk memanen getah karetnya. Untuk harga normal, petani biasanya memperoleh harga jual Rp 12 ribu sampai Rp 17 ribu. Akan tetapi jika harga dibawah Rp 10 ribu, maka petani enggan menyadap getahnya karena dianggap tidak menguntungkan petani.
Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Berau, Lita Handini mengakui hal tersebut dan menyatakan, harga karet saat ini berkisar diantara Rp 7 ribu sampai 9 ribu. Dimana harga tersebut tak sebanding dengan susahnya pengorbanan petani dalam merawat sampai menyadap karetnya. Padahal untuk luas tanaman karet di Kabupaten Berau mencapai luasan sekitar 2.500 hektare.
“Luas tanaman karet di Berau ini sebenarnya lumayan, 2.500 an hektar. Hanya saja, karena kendalanya di harga yang sangat murah, akhirnya, banyak petani karet yang tidak lagi menyadap karetnya,” ungkap Lita kepada Swara Kaltim saat ditemui dikantornya beberapa hari lalu.
Dikatakannya, salah satu kecamatan yang memiliki banyak tanaman karet, yakni Kecamatan Kelay. Namun, sayang saat pihaknya berlabuh ke daerah tersebut banyak terlihat rumput-rumput tinggi yang menjulang, dimana memiliki pertanda jarang dimasuki para petani.
“Sudah lama artinya tidak dimasuki dan tidak di sadap mereka (petani), karena ya harga jual karet rendah,” jelasnya.
Tambahnya, padahal Kabupaten Berau mempunyai tempat penumpukan hasil karet di Labanan, namun petani lebih memilih untuk tidak memanen karena harga jual masif rendah.
Berbeda jika harga karet alami kenaikan yang berkisar sekitar Rp 12 ribu sampai Rp 17 ribu, maka petani karet di Berau akan kembali lagi menyadap karet. Sebagaimana, tergantung dengan harga pasar.
“Jika saat harga bagus, mereka akan sadap lagi. Tetapi, jika harga rendah mereka tidak mau menyadap. Petani karet ini kan juga sebagai petani ladang padi, jadi saat musim padi mereka lebih memilih ke padi,” ujarnya.
Alhasil, untuk saat ini pihaknya terhadap petani karet cenderung hanya memberikan pembinaan saja dan tidak memperluas tanaman karet. Serta, memberikan support jika ada keluhan dari para petani.
“Seperti di Kampung Sido Bangen beberapa waktu lalu, ada serangan hama penyakit, kita datang kesana memberikan upaya pengendaliannya,” katanya. (Nht/Asti)