KUTAI KARTANEGARA, Swarakaltim.com – Usai melakukan peninjauan Jelajah Energi Kaltim di wilayah Balikpapan, rombongan IESR kembali melakukan kegiatan peninjauan ke wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
IESR berserta Rombongan yang terdiri dari instansi pemerintah yakni Dinas ESDM Kaltim, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perkebunan, Kelompok Masyarakat (Duta Wisata Kaltim, Duta Lingkungan Kota Balikpapan, Kawal Borneo Community, Bank Telihan, Srikandi Konservasi, WALHI Kaltim, Yayasan Bumi, dan Su-re.co), para Akademisi (Universitas Mulawarman, Politeknik Negeri Samarinda, dan SRE Institut Teknologi Kalimantan), serta puluhan awak media lokal juga nasional turut hadir dalam kegiatan ini.
Kali ini, IESR berserta rombongan melakukan peninjauan di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kukar, guna meninjau langsung proses pembuatan biogas dengan memanfaatkan kotoran sapi, Kamis (7/9/2023).
Kehadiran IESR berserta di sambut dengan baik oleh pemerintah Desa dan warga setempat di Balai Desa Mulawarman.
Desa Mulawarman beberapa tahun lalu sempat viral, karena dianggap Desa yang hilang, akibat dari aktivitas tambang batubara, dan beberapa lahan pertanian sudah di gunakan untuk menambang batubara.
Atas kejadian tersebut, sebanyak kurang lebih 750 Kepala Keluarga (KK) bermaksud untuk pindah, pada tahun 2017 silam.
Dan niat para warga pun dibatalkan, karena Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kukar mulai memberikan bantuan seperti peternakan sapi dan lainnya.

Dengan adanya bantuan peternakan sapi inilah, di mulai pengembangan pemanfaatan kotoran sapi untuk di ubah menjadi bahan bakar rumah tangga.
Saat di wawancarai awak media, Sekretaris Desa (Sekdes) Mulawarman Bambang Irawan menerangkan bahwa perkembangan biogass sudah di mulai sejak ada bantuan dari pemerintah provinsi Kaltim melalui Dinas ESDM provinsi pada tahun 2020-2021 silam.
“Pada tahap pertama Desa Kami mendapatkan bantuan sebanyak 6 unit, dan pada tahun berikut nya Kami menerima bantuan sebanyak ada 14 unit, hingga sekarang sudah ada 20 unit,” lanjutnya.
“Dalam pemanfaatan hewan ternak sapi ini telah kami lakukan seperti penggemukan sapi hingga pemanfaatan kotoran sapi untuk di ubah menjadi biogas,” ujarnya.
“Pemanfaatan kotoran sapi ini berkat bantuan dari Dinas ESDM Kaltim yang telah membina dan memberikan pengetahuan bagaimana proses pembuatan biogas untuk rumah tangga,” ucapnya.
“Berdasarkan bimbingan dari Dinas ESDM Kaltim, Kami mulai mempraktekkan untuk memproduksi biogas tersebut, melalui bahan baku kotoran sapi,” katanya.

Sekdes Mulawarman Bambang Irawan menjelaskan bahwa bahan bakunya kotoran sapi tadi disaring, sehingga gas yang terdapat pada kotoran sapi ini bisa di manfaatkan untuk pengganti gas elpiji.
“Sedangkan air dan ampas, juga bisa dipakai untuk pupuk, apalagi banyak masyarakat kita berkebun jagung untuk pupuknya,” imbuhnya.
“Biogas yang di hasilkan ini tidak berbau, dan kami berharap tahun berikutnya ada bantuan lagi,” tuturnya.
“Karena, masih banyak warga kami yang belum menerima bantuan ini, hanya 20 KK dari total keseluruhan 750 KK di Desa Mulawarman ini,” sebutnya.
Bambang Irawan menjelaskan pula bahwa untuk pengembangan sapi di desa kami sebanyak 300 ekor, dan kambing 150-200 ekor.
“Dan pada tahun depan (red, 2024) nanti kelompok kambing Sido Makmur, menjadi salah satu kelompok yang bagus administrasi, akan mendapatkan bantuan kandang dan 260 ekor kambing lagi,” tambahnya.
Hanya saja, sambung Sekdes Mulawarman Bambang Irawan menyebutkan bahwa warga kita kurang Sumber Daya Manusia (SDM) terkait pengelolaan biogas tersebut.
“Sehingga, ternak sapi diharapkan bisa menggantikan pertanian yang saat ini telah terhimpit tambang batubara,” ungkapnya.
“Dengan produksi biogas bahan baku kotoran sapi ini, bisa di manfaatkan untuk bahan bakar memasak,” ucap Sekdes Mulawarman ini.
“Dengan kehadiran Kunker Jelajah Energi Kaltim dari IESR berserta rombongan ini bisa memberikan semangat, agar warga kami lebih optimal dalam produksi biogas bahan baku kotoran sapi ini,” ungkapnya.
Di tempat terpisah, salah satu warga Desa Mulawarman, Muryati (45 Tahun) merasa bersyukur atas hasil produksi biogas bahan baku kotoran sapi ini.
“Karena selain menghemat pengeluaran Kami, juga mudah dan aman dalam pemanfaatan biogas ini,” ucap Muryati warga RT 15 Dusun Karya Harapan Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang.
“Biasanya, kami mengeluarkan uang sebesar Rp30 ribu perminggu, namun dengan adanya biogas ini, Kami hanya tinggal merawat kompor saja,” tutur Muryati.
Sang suami Muryati, Sarifuddin (55 tahun) menambahkan bahwa dalam proses produksi biogas ini, cukup setiap hari menyiapkan kotoran sapi dicampur dan diaduk dengan air.
“Hal ini, agar pasokan air bercampur kotoran sapi ditampung ke dalam bak yang ditanam dalam tanah, dapat menghasilkan gas,” lanjut Sarifuddin.
Di lain pihak, Marlistya Citraningrum selaku Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan, IESR turut menyampaikan bahwa selain menyelesaikan masalah limbah, pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas merupakan praktik pemanfaatan energi terbarukan, yang dapat dilakukan oleh masyarakat baik secara individu ataupun komunal.
“Biogas yang dihasilkan, dapat dimanfaatkan sebagai pengganti elpiji atau sebagai sumber listrik, slurry yang dihasilkan sebagai pupuk dan bernilai jual,” sambungnya.
“Dalam pemanfaatan energi terbarukan berbasis masyarakat ini, bisa direplikasi di berbagai wilayah terutama yang menjadi sentra peternakan,” terang Marlistya Citraningrum.
“Dan model pengelolaan atau pembiayaannya bisa bervariasi, tidak hanya melalui program pemerintah melainkan juga secara kolektif atau swadaya,” kata Marlistya Citraningrum Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan, IESR.
“Serta, diupayakan oleh badan usaha milik desa atau koperasi, hingga melalui pembiayaan komersial,” ucap Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan, IESR.
Kepala Bidang (Kabid) Energi Baru Terbarukan (EBTKE) Dinas ESDM Provinsi Kaltim Elly Luchritia Nova turut menjelaskan pula bahwa setiap tahunnya melakukan survei untuk menyalurkan bantuan bio gas di Kaltim.
“Pada tahun ini, ada 20 bio gas yang akan disalurkan ke desa-desa di Kabupaten Kukar dan Kabupaten Paser,” ungkap Elly Luchritia Nova.
“Berdasarkan data Kami, potensi peternakan sapi sebagai bahan baku bio gas di Kaltim tertinggi berada di Kabupaten Kukar sebanyak 18.480 ternak sapi dan disusul Kutai Barat sebanyak 7.151 ternak sapi,” terang Kabid EBTKE Dinas ESDM Kaltim ini.
“Adapun, bio gas dibangun pemerintah provinsi, ada 140 unit di Kukar, 152 di Penajam Paser Utara, 125 unit di Kutai Timur, 41 unit di Paser, Kubar 40 unit dan Berau 16 unit,” pungkasnya. (AI)