BALIKPAPAN,Swarakaltim.com – Dinas Perhubungan Kota Balikpapan memastikan masyarakat Balikpapan masih dapat menggunakan layanan Bus Balikpapan City Trans (BCT) secara gratis hingga akhir tahun ini. Tentunya, fasilitas ini berlaku untuk seluruh pengguna, termasuk anak-anak sekolah, dengan syarat penumpang tetap wajib menggunakan e-money saat menaiki bus.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan Balikpapan, Adwar Skenda Putra, yang akrab disapa Edo, untuk uji coba BCT ini berlangsung telah berlangsung selama enam bulan hingga Desember 2024.
“Kementerian Perhubungan belum menerapkan tarif resmi, sehingga uji coba BCT hingga akhir tahun dilaksanakan,” kata Edo kepada awak media, Kamis (31/10/2024).
Lanjut Edo, saat ini terdapat 19 unit bus yang beroperasi dan uji coba berjalan lancar. “BCT terlihat ramai digunakan oleh masyarakat di berbagai koridor, terutama saat jam pulang sekolah. Anak-anak sangat antusias menggunakan bus ini,” ujarnya.
Edo berharap, apabila ada subsidi dari Kementerian, maka jumlah bus dapat ditambah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. “Kami juga menerima usulan untuk menambah rute hingga ke daerah Lamaru, namun ini masih perlu kajian lebih lanjut, terutama karena tarif resmi belum ditetapkan,” kata Edo.
Edo menegaskan, dengan adanya penerapan tarif BCT kedepan, kemungkinan penggunaan BCT akan lebih selektif dan ditargetkan untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan layanan ini. “Jika nanti berbayar, kemungkinan yang menggunakan BCT adalah mereka yang benar-benar membutuhkan, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara maksimal,” ujarnya.
Sementara itu, selama beroperasi tiga bulan terakhir, pengguna Balikpapan City Trans (BCT) terlihat semakin tinggi. Namun infrastruktur pelengkap dinilai masih minim. Misalnya keberadaan halte BCT. Selama ini hanya banyak titik stop atau pemberian bus. Anggota DPRD Balikpapan Arisanda mengatakan, fasilitas ini sebaiknya menjadi perhatian Pemkot Balikpapan.
Mengingat saat ini sudah ada 19 armada yang beroperasi. Menurutnya memang sudah ada beberapa halte. Namun tentu masih sangat kurang dari total kebutuhan halte.
Keberadaan halte juga mendukung kemudahan driver bus untuk titik jemput. Begitu pula memudahkan pengguna yang turun atau naik.
“Karena jangan sampai nanti terganggu, kendaraan lain berhenti di titik bus stop. Sehingga muncul kemacetan,” tegasnya.
Ari Sanda mengaku, jika armada BCT semakin bertambah, sementara halte belum tersedia banyak.
Dia semakin khawatir ini membuat kemacetan bertambah. Selain itu, jika tidak ada halte bisa membuat masyarakat bingung harus menunggu BCT. Jangan sampai masyarakat menanti bus tidak pada tempatnya.
Padahal sesuai aturannya tidak seperti itu. Bukan seperti angkutan kota, BCT tidak bisa mengambil penumpang di mana saja. “Kami berharap bisa bangun dulu fasilitas haltenya,” tutupnya.(*/pr)