BALIKPAPAN,Swarakaltim.com. Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menegaskan komitmenya dalam upaya percepatan penurunan angka stunting di kota Balikpapan. Salah satunya dengan melakukan pendataan dan pemeriksaan dari pintu ke pintu serta diperlukan kerjasama lintas sektor, termasuk peran aktif masyarakat dalam memastikan asupan gizi anak terpenuhi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Alwiyati mengatakan, pihaknya terus mengambil langkah strategis mulai dari peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pemantauan tumbuh kembang balita, hingga edukasi gizi seimbang bagi masyarkat. Namun demikian, diakui kasus stunting masih tetap ditemukan ditengah-tengah masyarakat Kota Balikpapan.
“Kita sudah berikan sosialisasi dan edukasi, mulai dari kelas ibu hamil, kelas ibu menyusui, kelas pemberian MP-ASI, termasuk berbagai pelatihan-pelatihan. Tapi tetap saja, masih ada kasus stunting yang muncul,”katanya, Senin (11/8/’25).
Alwi menjelaskan, berdasarkan data survei yang dilakukan, katanya, angka prevalensi stunting di Balikpapan masih sebesar 24,48 persen dari sekitar 107 ribu anak yang menjadi sampel. Meski data tersebut tidak mencakup seluruh balita, namun tetap saja angka tersebut menjadi perhatian serius DKK Balikpapan.
“Angka itu seolah-olah mewakili seluruh bayi dan balita yang ada di Balikpapan. Jadi kalau dilihat hampir 25 persen, sehingga seakan-akan 1 dari 4 anak yang ada di Kota Balikpapan mengalami stunting. Ini yang harus kami cari polanya,” katanya.
Alwiati mengaku, salah satu kendala yang dihadapi DKK Balikpapan adalah rendahnya angka kunjungan masyarakat ke posyandu. Dimana, saat ini tingkat kunjungan posyandu di Balikpapan hanya mencapai satu persen.
“Banyak orang tua yang jarang membawa anaknya ke posyandu. Padahal di situlah kita bisa pantau tumbuh kembang anak. Jadi, saat ini kami sedang pikirkan bagaimana cara menjangkau mereka, termasuk apakah harus datang satu per satu ke rumah,”tutupnya.(*/pk-agt20)
