Lewat Susur Mahakam, Dispar Kaltim Rancang Desa Wisata sebagai Penggerak Ekonomi

SAMARINDA, Swarakaltim.com – Dinas Pariwisata (Dispar) Kalimantan Timur (Kaltim) memanfaatkan kegiatan susur Sungai Mahakam untuk merancang penguatan desa wisata sebagai motor ekonomi daerah. Strategi itu dipaparkan Ririn Sari Dewi, Kepala Dispar Kaltim, saat mendampingi rekan media dalam perjalanan menggunakan Kapal Wisata Pesut Harmony pada rute Samarinda – Tenggarong.

Ririn menjelaskan desa wisata telah terbukti mampu menopang perekonomian masyarakat, terutama saat pandemi Covid-19 ketika berbagai sektor melemah.

“Desa wisata tetap menggerakkan ekonomi berbasis komunitas saat sektor lain menurun,” ujarnya dalam kegiatan Bincang-Bincang “Desa Wisata sebagai Episentrum Generasi Emas: Mendorong Pariwisata Berkelanjutan dan Inklusif Melalui Pemberdayaan Pokdarwis dan Inovasi Digital”, Minggu (7/12/2025).

Ia menyebutkan klasifikasi desa wisata yang terdiri dari empat kategori: rintisan, berkembang, maju, dan mandiri. Saat ini Kaltim memiliki 105 desa wisata rintisan, dan sebagian telah naik kelas menjadi desa wisata berkembang hingga maju.

“Potensinya luar biasa. Dari 105 desa rintisan, banyak yang siap berkembang. Kuncinya adalah konsistensi, inisiatif lokal, dan komitmen bersama,” kata Ririn.

Ririn mencontohkan desa yang mulai dikenal publik, seperti Desa Wisata Pela yang menawarkan pengalaman bertemu Pesut Mahakam, serta Desa Wisata Malahing di Bontang yang mengangkat kehidupan masyarakat pesisir. Menurutnya, keberhasilan ini menjadi bukti desa wisata mampu menghadirkan nilai tambah ekonomi sekaligus daya tarik budaya.

Untuk memperkuat arah pembangunan desa wisata, pemerintah telah menetapkan Peraturan Gubernur Nomor 35 Tahun 2025 tentang Pengembangan Desa Wisata. Regulasi ini merumuskan peta jalan pengelolaan, peningkatan tata kelola, serta skema pendanaan yang melibatkan pemerintah, swasta, dan lembaga keuangan daerah.

“Pergub ini menjadi fokus kami untuk memastikan pengembangan desa wisata berjalan sistematis,” jelasnya.

Konsep kolaborasi pentahelix juga ditekankan dalam pengembangan desa wisata, melibatkan pemerintah, pelaku usaha, komunitas lokal, akademisi, dan media. Ririn menilai pendekatan ini penting untuk memperkuat narasi publik dan mendorong literasi wisata melalui ruang digital.

“Media memiliki peran besar dalam memperluas cerita desa wisata agar dikenal lebih luas,” tambahnya.

Melalui kegiatan ini, Dispar Kaltim ingin memastikan desa wisata tidak hanya menjadi destinasi, tetapi juga pusat pertumbuhan ekonomi berbasis komunitas yang berkelanjutan dan inklusif di wilayah Kaltim.

“Desa wisata jangan hanya menjadi alat ekonomi sesaat. la harus tumbuh dari budaya dan lingkungan, dan kelak menjadi model pemberdayaan masyarakat yang inklusif,” pesannya.(DHV)

www.swarakaltim.com @2024