Foto Sekretaris Dinas Perikanan Berau Yunda Zuliarsih menyampaikan gebrakan transformasi teknologi di ruang kerjanya, Rabu (29/6/2022).
TANJUNG REDEB, Swarakaltim.com – Dinas Perikanan (Disperik) Kabupaten Berau membuat gebrakan baru berbasis teknologi di tahun 2022 ini, yakni sebuah aplikasi dalam memudahkan data pencarian yang diberi nama “Si Sepat” Sistem Informasi Perikanan Terpadu (Sepat). Namun aplikasi tersebut masih dalam tahap penggalian kebutuhan.
Hal itu disampaikan Kepala Disperik Berau Dahniar Ratnawati melalui Sekretaris Disperik Yunda Zuliarsih saat dijumpai diruang kerjanya Jl Mangga II Kecamatan Tanjung Redeb, Rabu (29/6/2022). “Nah, Si Sepat ini adalah aplikasi yang terdapat semua data perikanan, mulai data program dari budidaya, penangkapan, pengelolahan, maupun milik data UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Sei Bendungun dan di tempat pelelangan ikan,” kata Yunda kepada Swara Kaltim.
Lanjut beliau, aplikasi yang diambil dari nama ikan sepat itu, sebelumnya sudah ada guna membangun sistem yang berbasis teknologi selama tiga tahun, yaitu berupa website dan akun media sosial (medsos) dibeberapa platform kekinian. Hanya saja melalui Si Sepat ini nantinya akan lebih lengkap. Melalui aplikasi tersebut, diharapkan dapat memaksimalkan semua program, walaupun dikatakannya saat ini Dinas Perikanan tidak seaktif dulu yang dikarenakan saat itu Disperik masih ada kewenangan terhadap kelautan.
“Tapi setidaknya melalui teknologi ini kedepan masyarakat luas dapat mengetahui program kami. Apa sih program Disperik, apa sih program yang kami sudah lakukan, bagaimana sih program kedepannya,” ujar Yunda menyampaikan fungsi Aplikasi Si Sepat itu. Pembuatan aplikasi itu tambah beliau, merupakan hasil kerjasama dengan pihak ketiga. Saat ditanyakan media ini terkait pihak ketiga, Yunda menerangkan, jadi Disperik selama ini bekerjasama tidak hanya dengan stakeholder pemerintah, tetapi Disperik bermitra bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non-Governmental Organization (NGO) baik lokal, nasional, maupun internasional.
“Dan itu sudah kami lakukan sejak tahun 2021 lalu, dimana sampai sekarang ini kurang lebih ada 17 NGO yang ada di Bumi Batiwakkal. Walaupun kami sudah tidak lagi memiliki kewenangan kelautan, tapi kami masih bermitra dalam hal peningkatan kapasitas sumber daya Manusia (SDM) pelaku ekonomi perikanan, pengelolaan ekosistem mangrove, dan beberapa pelestarian biodata laut,” pungkas Yunda Zuliarsih. (Nht/Fdl).