SAMARINDA, Swarakaltim.com – Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kalimantan Timur (Kaltim) di Jalan Juanda, Samarinda, kerap menjadi langganan banjir. Kondisi ini menimbulkan kendala serius bagi pelayanan publik, sehingga mendorong DPK Kaltim mengajukan penilaian kelayakan gedung kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR).
Plt Kepala DPK Kaltim, Anita Natalia Krisnawati, mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim sebenarnya telah memiliki rencana membangun kompleks perkantoran terpadu di kawasan eks Bandara Temindung. Kantor DPK menjadi salah satu yang direncanakan pindah ke lokasi tersebut.
“Sebenarnya ada rencana dari Pemprov Kaltim untuk membangun suatu kompleks perkantoran terpadu lokasinya di eks Bandara Temindung, nah salah satunya itu kantor kami. Tapi ya mungkin karena saat ini sedang efisiensi terkait anggaran jadi agak tertunda,” jelas Anita beberapa waktu lalu.
Meski demikian, pihaknya telah meminta PUPR menilai kondisi gedung yang ada saat ini. Langkah ini dilakukan untuk memastikan apakah kantor DPK masih layak digunakan atau perlu direhabilitasi total.
“Jadi apakah gedung kami ini masih layak untuk ditempati atau tidak, karena sebenarnya kalau dari segi akses posisi memang bagus dan strategis, banyak sekolah dan banyak universitas. Tapi kendalanya itu di banjir,” katanya.
Menurut Anita, hasil penilaian sementara dari PUPR menyarankan agar gedung direhabilitasi jika tidak dipindahkan. Hal ini lantaran banjir menyebabkan kerusakan yang cukup serius pada bangunan.
“Jadi jika tidak dipindahkan harus direhab total. Karena memang kalau banjir kita daerah bawah, tapi namanya air ke atas meresap seperti di lantai dua naik ke keramik-keramik jadi lembab,” ungkapnya.
Ia menambahkan, DPK Kaltim telah menyampaikan kondisi ini kepada Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian saat kunjungan kerja. Dukungan juga datang dari komunitas literasi dan asosiasi pegiat literasi yang ikut mendorong penyelesaian masalah ini.
“Dan ketika Ibu Hetifah diundang kami menyampaikanlah aspirasi kami. Sebenarnya kondisi saat ini kami lebih adalah masalah gedung yang memang sangat urgen harus segera ditindaklanjuti,” ucap Anita.
Meski menghadapi tantangan, Anita menegaskan layanan perpustakaan tetap berjalan. Bahkan di tengah banjir, masyarakat masih antusias berkunjung meski harus dengan kondisi terbatas.
“Sedangkan layanan kan tidak bisa berhenti, karena kami kasihan kalau sudah kebanjiran kami kan mau tidak mau harus bersih-bersih. Pengunjung datang kan kasihan, dan kami tidak mungkin melarang. Ini masih banjir tidak bisa. Tapi Alhamdulillah animo masyarakat meskipun banyak tetap datang meskipun ada yang sampai nyeker,” pungkasnya.(DHV)