MAHAKAM ULU, Swarakaltim.com – Virus corona memicu stigma dikalangan masyarakat di seluruh Indonesia. Pasalnya sejak kedatangan virus mewabah dari negara luar itu, tentu terjadi kekhawatiran publik atas wabah virus yang mengerikan ini.
Hal itu telah menghantui masyarakat di Kabupaten Mahakam Ulu. Sebab hampir dua bulan warga di lima kecamatan wilayah ini, mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak beraktivitas diluar rumah atau disebut Social Distancing guna menangkal penyebaran virus tersebut.
Selain itu, segala upaya telah dilakukan pemerintah kabupaten yang merupakan wilayah perbatasan Provinsi Kalimantan Timur dengan Negara tetangga Serawak Malaysia. Seperti pembatasan akses masuk warga luar melalui pintu masuk jalur darat dan sungai di wilayah ini.
Langkah yang dilakukan pemerintah setempat guna menjaga keselamatan warganya dari virus mematikan itu. Sebab hingga saat ini hanya wilayah Mahulu yang zero pasien dan tercatat merupakan zona hijau Covid-19 dari 10 kabupaten/kota se-Kaltim.
Kendati demikian, kecemasan warga terlampau menghantui sehingga ada warga yang memilih mengungsi di pondok lokasi kebunnya. Bahkan saat ini hampir semua perkampungan membentuk relawan Covid-19 dan membuat portal dipintu masuk batas wilayahnya masing-masing.
Seperti yang dilakukan warga Kampung Datah Bilang, Kecamatan Long Hubung. Secara bergotong royong mereka membuat pos jaga dilengkapi portal batas dengan kampung tetangganya. Sehingga warga luar yang masuk terlebih dulu didata. Jika ditemui bukan warga Mahulu maka tidak diperbolehkan masuk.
“Secara gotong royong kami membuat pos jaga di portal pintu masuk wilayah kita ini. Bergantian pula menjaga portal selama 1 X 24 jam. Karena kita diinstruksikan pemerintah melalui TGC Mahulu, untuk waspada dan mengawasi masuknya orang luar,” ungkap Sopiyan Noor salah satu relawan diwilayah ini, Rabu (29/4/2020).
Hal serupa juga dilakukan oleh Kampung Matalibaq yang masih di Kecamatan Long Hubung. Bahkan warga melakukan aksi pembentangan baleho ditengan Sungai Pariq, yang bertuliskan (Selain Warga Yang Berdomisili di Kampung Matalibaq Dilarang Masuk).
“Kami tidak hanya mengawasi warga luar yang bukan berdomisili di Matalibaq. Bahkan kami juga mengawasi warga asli sini yang keluar masuk dari tempat kita ini. Karena berpotensi ada penyebaran Covid-19 bagi warga yang datang dari daerah terpapar,” sebut Roy salah satu aparat kampung setempat.
(Reed- mulai hari ini warga setempat tidak boleh keluar, terkecuali ada keperluan mendesak, seperti belanja sembako dan BBM untuk kebutuhan warga sehari-hari,” imbuh Roy saat dihungi swarakaltim.com melalui telefon seluler miliknya.
Diketahui Pemkab Mahulu sementara ini telah merealokasi anggaran APBD 2020 untuk kebutuhan penanganan Covid-19, sebesar Rp 10 miliar teruntuk pengadaan alkes, persiapan kebutuhan isolasi dan persiapan di rumah sakit RSP GSM Mahulu.
Anggaran tersebut dipaparkan Kepala Dinas Kesehatan Mahulu dr Agustinus Teguh Santoso yang juga Ketua Tim Gerak Cepat (TGC) Covid-19 diwilayah ini, saat ditanya wartawan terkait anggaran penanggulangan pada 6 April 2020.
Dijelaskan Teguh panggilan akrabnya itu menyebut, sebelumnya Pemkab Mahulu menyiapkan Rp 1,7 Miliar. Namun, setelah terbentuk TGC Mahulu, pemerintah langsung menggelontorkan Rp 10 Miliar.
Realokasi anggaran tersebut tidak hanya digunakan untuk penanggulangan kesehatan saja, melainkan juga diperuntukan di sektor sosial, ekonomi dan lainnya yang berkaitan dengan Covid-19.
Tidak hanya itu, bahkan tim media Asosiasi Jurnalis Kubar-Mahulu (AJK) mendapat bocoran dalam waktu dekat Pemerintah dan legislative (DPRD) Mahulu telah mempersiapkan anggaran lebih besar dalam menanggulangi penyebaran Covid-19 di wilayah ini.
Penulis : Alfian
Editor : Redaksi (SK)