BALIKPAPAN, Swarakaltim.com – Penerapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang dilaksanakan selama 3 pekan untuk sekolah di tingkat Sekolah Dasar dan tingkat Sekolah Menengah Pertama (PTM) berjalan dengan aman dan baik. Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Balikpapan Muhaimin. Menurutnya , selama pelaksanaan PTM berlangsung gugus tugas sekolah sudah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik dan hasilnya sejauh ini tidak ada cluster Covid 19 di sekolah.
“Kami telah mengarahkan gugus tugas sekolah bukan hanya konsentrasi pada saat anak-anak berada di dalam area sekolah,namun juga ikut mengawasi pada saat anak-anak keluar dari area lingkungan sekolah. Hal ini dikarenakan, saat pulang sekolah ditemukan anak-anak masih berkumpul dan kadang-kadang tidak menggunakan masker Mereka berkumpul dikarenakan menunggu jemputan,” ujar Muhaimin kepada awak media belum lama ini.
Muhaimin menjelaskan, meskipun PTM di Kota Balikpapan berjalan dengan aman dan terkendali dengan penanganan protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Akan tetapi, belum ada petunjuk untuk melakukan penambahan waktu pembelajaran di sekolah. Meskipun kota Balikpapan sudah berada pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di level 2.
“ Apabila Balikpapan di tetapkan status PPKM level 1, maka bisa saja skema persentase kehadiran peserta didik disekolah menjadi 75 persen yang sebelumnya 50 persen. Untuk waktu pembelajaran untuk tingkat SD menjadi 2,5-3 jam sebelumnya dua jam dan tingkat SMP menjadi 3,5 jam dari awal mula tiga jam. Kemudian, pembelajaran PTM dilakukan seminggu dua hari menjadi seminggu tiga kali,” katanya.
Muhaimin menambahkan, diakui kini masih ada wali murid yang menginginkan anaknya untuk mengikuti pembelajaran secara daring. Seperti diketahui, pemerintah kota (Pemkot) Balikpapan berupaya untuk mencegah penularan Covid 19 kepada para pelajar tingkat SMP dengan memberikan vaksinasi. Kini tercatat, pelajar SMP di Kota Balikpapan yang tidak melakukan vaksinasi dikarenakan usia belum 12 tahun mencapai 500 peserta didik .Kemudian, dengan alasan faktor tertentu untuk tidak mau divaksin sebanyak 200 orang.(SIS)