Edukasi Tata Cara Mengelolah Makanan Bergizi Kepada Posyandu, Guna Menurunkan Angka Stunting di Balikpapan

Balikpapan,swarakaltim.com – Edukasi Tata Cara Mengelolah Makanan Bergizi Kepada Posyandu, Guna Menurunkan Angka Stunting di Balikpapan

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan terus berupaya menurunkan angka stunting di kota Balikpapan. Meskipun kini sudah diangka 19 persen menjadi 14 persen.

”Kami akan berupaay menurunkan laju penderita stunting sebesar 5 persen. Kini kami akan terus gencar melakukan kegiatan sosialisasi tentang penyakit stunting dan berdasarkan data yang ada kasus stunting terbanyak terdapat di Kelurahan Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara,” ujarnya. Rabu (8/11/2023).

Lanjut Alwiati, pihaknya akan memberikan edukasi terhadap kader Posyandu dan ibu rumah tangga , tentang tata cara mengelolah makanan yang memiliki gizi cukup. Hal ini yang akan dilakukan dengan program dapur sehat anti stunting.

“Untuk program dapur sehat anti stunting ini, kader-kader dan ibu akan diajarkan bagaimana cara mengolah makanan agar gizinya tercukupi,” tegasnya.

Alwi mengaku, pihaknya sudah pernah memberikan bantuan serta memberikan edukasi tentang cara penanganan stunting tersebut. Namun sampai saat ini yang jadi pertanyaan adalah kenapa tidak penurunan yang signifikan.

“Kita sudah ajarkan bagaimana memenuhi kebutuhan gizi yang cukup, tapi angkanya masih tinggi,” ucapnya.

Menurut Alwiati, pihaknya juga telah mengajukan alokasi anggaran untuk melakukan intervensi untuk kasus stunting pada pembahasan APBD Perubahan Tahun 2023 kemarin. Dan saat ini pihaknya sudah melakukan intervensi terhadap lebih kurang 100 anak dengan nilai anggaran mencapai Rp 270 juta.

Alwiati mengungkapkan, pihaknya saat ini juga masih menunggu hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang dijadwalkan akan mulai dilaksanakan pada Agustus kemarin.

“Kami masih menunggu hasil SSGI, karena berdasarkan data E-PPGBM (Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) dari cuma 10 persen sementara data dari SSGI itu 19 persen,” tukasnya.(pr)

Loading

Bagikan: