SAMARINDA, Swarakaltim.com – Dalam era globalisasi yang kian relevan, konsep multikultural menjadi sebuah perayaan perbedaan yang tak hanya eksis, tetapi juga diakui, dihargai, dan diterima. Perkembangan teknologi memainkan peran kunci dalam mempercepat interaksi antar budaya, khususnya melalui dua golongan permainan, yakni tradisional dan modern.
Permainan tradisional merupakan bagian dari warisan budaya yang dimainkan dari masa ke
masa, identik dengan penggunaan alat sederhana seperti bambu, kayu, hingga batok kelapa. Dari alat sederhana tersebut sehingga melahirkan berbagai permainan yang tak hanya menghibur namun juga membangun keterampilan dan memiliki kelebihan, yakni tidak membutuhkan biaya besar.
Sementara itu, permainan modern merupakan jenis permainan yang umumnya diciptakan atau dimainkan dengan memanfaatkan teknologi, sehingga menawarkan pengalaman kompleks, grafis menarik, namun dari segi biaya permainan modern cukup memerlukan biaya yang besar, sebab mereka harus memiliki smartphone dan jaringan internet
yang bagus untuk bisa menggunakan aplikasi game online.
Salah satu contoh dari permainan tradisional yakni engklek, egrang, bentengan, lompat tali, dan tarik tambang. Di Indonesia permainan Tarik Tambang identik dengan peringatan hari kemerdekaan Indonesia, permainan ini dilakukan oleh dua tim dengan masing-masing memegang ujung dari tali tambang. Tarik tambang merupakan bentuk permainan tradisional yang sangat membutuhkan kerjasama tim, agar dapat memenangkan permainan.
Dengan berkembangnya dunia serba digital tidak membuat permainan ini ditinggalkan, justru
bertransformasi menjadi “Tarik Tambang Online” yang biasa dilakukan pada instastory menggunakan fitur polling pada aplikasi Instagram. Menelisik lebih lanjut kehadiran permainan modern dalam hal ini game online juga memiliki hubungan yang erat terhadap nilai-nilai budaya dari berbagai komunitas.
Salah satunya dengan interaksi, individu dapat mempromosikan toleransi, kerjasama, termasuk pemahaman yang lebih terhadap budaya baru. Beberapa contoh dari game online yang cukup booming di kalangan remaja yakni PUBG, Free Fire, Mobile Legends, dan masih banyak lagi.
Dari beberapa contoh game online tersebut bisa dimainkan secara solo (seorang diri) tetapi kebanyakan orang memilih bermain secara squad (tim), bagi yang memilih bermain secara squad membutuhkan yang namanya kerja sama tim. Sehingga, tak menutup kemungkinan beberapa individu dapat menjalin interaksi melalui komunikasi dengan khalayak ramai.
Bahkan kebanyakan para player game mendapatkan teman melalui interaksi dalam game tersebut, mulai dari Sabang sampai Merauke hal ini sudah terbukti banyak adanya. Ini menandakan bahwa era digitalisasi bisa menghadirkan transisi permainan dari tradisional ke modern.
Sering kali kita mendengar bahwa bermain game online dapat membuat seseorang menjadi
pengangguran, enggan keluar rumah dan sulit untuk berkomunikasi langsung dengan kawan
sebaya atau biasa disebut dengan “kurang pergaulan”.
Meskipun ada stereotip negatif terkait bermain game online, fenomena saat ini membuktikan bahwa banyak pemain game yang membentuk komunitas aktif. Banyak dari mereka, awalnya hanya sebagai pemain biasa, kemudian menjadi tim aktif dalam membuat konten gameplay edukatif terkait game tersebut. Berdasarkan pada kedua golongan permainan tersebut kita bisa melihat bagaimana remaja dalam melakukan interaksi sosial.
Dalam konteks interaksi sosial remaja, permainan tradisional memerlukan pertemuan langsung, sementara permainan modern memungkinkan pengumpulan tim secara virtual melalui perangkat gawai. Keduanya menciptakan sikap kerjasama tim,
tolong-menolong, dan saling menghargai perbedaan, baik dalam lingkup kecil masyarakat
setempat maupun dalam masyarakat yang lebih luas.
Sehingga, penulis dapat menarik benang merah dari kedua intisari pembahasan yakni terkait hal positif dari permainan tradisional yang lambat laun mengalami transisi menjadi permainan modern. Jika kita menelisik dari hal positif, keduanya sama-sama sebagai jembatan yang kuat untuk membangun pemahaman serta penghargaan terhadap multikulturalisme dalam suatu masyarakat.
Ketika orang dari latar belakang budaya yang berbeda memainkan permainan bersama, hal itu menciptakan kesempatan untuk saling memahami termasuk menghargai keanekaragaman budaya, melalui interaksi dalam sebuah permainan. Terbukti bahwa permainan bukan hanya sebatas rekreasi semata saja. (*)
Penulis :
Winda Helnia
NIM: 2202056016
Mesy Ardila
NIM: 2202056023