Hidup Berdampingan Di Hutan Harapan Kampung Merasa

Foto Kepala Kantor Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Berau, Balai Konservasi Sumber Daya (BKSDA) Dheny Mardiono saat melakukan penanaman

TANJUNG REDEB, Swarakaltim.com – Sebuah kawasan berhutan buah tropis yang diciptakan untuk masyarakat dan satwa liar yang diberi nama “Hutan Harapan” yang diinisiasi Conservation Action Network (CAN) Berau mendapat respon positif dari Kepala Kantor Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Berau, Balai Konservasi Sumber Daya (BKSDA) Dheny Mardiono.

Melalui telepon selulernya, Beliau mengatakan adanya Hutan Harapan yang berlokasi di Kampung Merasa yang dikelilingi Sungai Bawan, Kecamatan Kelay itu awalnya merupakan lahan untuk restorasi yang bekerjasama dengan masyarakat.

“Jadi lahannya itu punya masyarakat yang berstatus Areal Penggunaan Lain (APL), setelah dikerjasamakan mereka menanam sekitar ribuan pohon buah secara keseluruhan. Diantaranya, buah durian, jengkol, pete, dan sebagainya, yang ditanam di tanah sekitar 100 hektare lebih,” kata Dheny kepada Swara Kaltim, Jumat (22/4/2022).

Disampaikan hal itu, karena Beliau mengikuti peresmian yang digelar hari ini yang diresmikan Kepala Kampung Merasa. Secara jelasnya, kata dia bahwa hasil tanamannya itu untuk masyarakat dan satwa liar yang berada di sana. Menurutnya Dheny bahwa ini konsep yang luar biasa, ide cemerlang dari CAN yang bagaimana memadukan antara kepentingan ekonomi masyarakat dan satwa liar juga lestari.

Foto bersama dihutan Kampung Merasa

“Selain itu kawasan ini juga berbatasan dengan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Labanan dan hutan lindung yang berdekatan. Saya berharap konsep tersebut juga dapat menular di kampung lainnya,” tuturnya.

Sebagaimana, kata Beliau penyediaan tempat tersebut juga merupakan sumber pakannya satwa liar yang otomatis membuat nyaman bertempat tinggal di situ juga, hutan yang isinya kebun buah. Nantinya kalau ini jadi, 5-10 tahun ke depan pasti akan jadi kebun buah yang luar biasa di Kampung Merasa. Namun, saat ditanyakan apakah tidak menggangu kehidupan manusia dengan satwa liar di sana.

“Asal komitmen saja dari masyarakat, selain itu juga sudah ada perjanjian di atas kertas bahwa nantinya akan hidup berdampingan dengan masyarakat di satwa liar ini,” pungkasnya. (Nht/Fdl)

Loading

Bagikan: