Fakta Hipertensi
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah masalah kesehatan yang sedang menjadi perhatian dunia saat ini. Salah satu jenis PTM yang menyumbang kematian tertinggi adalah Hipertensi. Di dunia, dua pertiga kematian disebabkan oleh PTM termasuk Hipertensi. Umumnya, negara berpenghasilan menengah memilik beban ganda masalah kesehatan diantaranya penyakit menular, kekurangan gizi serta penyakit tidak menular. Indonesia termasuk negara berpenghasilan menengah dengan beban ganda tersebut. Kementerian Kesehatan mendefinisikan Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi adalah kondisi peningkatan tekanan darah dalam arteri, umumnya ditandai dengan keadaan terdapatnya tekanan Sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau pada tekanan Diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Hipertensi adalah silent killer tanpa gejala yang jelas. Kondisi tersebut meningkatkan risiko kematian bagi penderita Hipertensi.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengukuran Hipertensi usia ≥ 15 tahun didapatkan prevalensi Hipertensi sebesar 29,2%. Berdasarkan kelompok umur, prevalensi Hipertensi pada kategori usia 15-24 tahun mencapai 9,3%. Provinsi Kalimantan Timur adalah salah satu wilayah dengan persentase Hipertensi (kategori Hipertensi Hasil Pengukuran) mencapai 29,1%. Fakta tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran kelompok risiko Hipertensi, tidak hanya pada kelompok usia lanjut tetapi sudah mulai mengalami perubahan kepada kelompok usia remaja.
Hipertensi Menyerang Anak Muda
Hipertensi adalah penyakit multifaktor dengan faktor risiko yang bervariasi. Hipertensi juga dapat memicu terjadinya komplikasi penyakit tidak menular lainnya. Beberapa penelitian terdahulu menjelaskan bahwa faktor genetik, usia dan jenis kelamin adalah faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Genetik atau keturunan dapat meningkatkan risiko Hipertensi. Anak dengan riwayat orangtua dengan Hipertensi memiliki risiko untuk mengalami Hipertensi di masa mendatang. Pada faktor risiko usia yang memicu Hipertensi adalah karena pada usia > 45 tahun, umumnya terjadi penebalan dinding arteri karena penumpukan zat kolagen pada lapisan otot. Hal tersebut menyebabkan pembuluh darah menyempit dan menjadi kaku sehingga mengganggu sirkulasi peredaran darah dalam tubuh sehingga memicu Hipertensi. Faktor lainnya adalah jenis kelamin. Beberapa penelitian terkait menjelaskan bahwa khususnya kelompok perempuan memiliki risiko lebih tinggi Hipertensi karena pada masa menopause akan terjadi penurunan kadar esterogen. Hormon esterogen memiiki peran sebagai pelindung dalam pencegahan proses aterosklerosis.
Seiring berjalannya waktu, Hipertensi dapat menyerang usia muda. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa semakin meningkatknya kejadian Hipertensi di usia muda disebabkan oleh gaya hidup. Gaya hidup merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi diantaranya status gizi (obesitas), aktivitas fisik, kualitas tidur, dan perilaku merokok.
Obesitas memiliki hubungan dengan Hipertensi. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa orang dengan kondisi Obesitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami Hipertensi. Aktivitas fisik juga dikaitkan dengan Hipertensi, dimana ketercukupan aktivitas fisik akan semakin menurunkan risiko Hipertensi. Kualitas tidur dihubungkan hormon stres kortisol dan sistem saraf simpatik yang berkaitan dengan risiko peningkatan tekanan darah. Faktor lainnya adalah perilaku merokok yang umumnya dimiliki oleh laki-laki. Perilaku merokok dihubungkan dengan kandungan nikotin yang memicu peningkatan hormone dan kerja jantung sehingga berpotensi meningkatkan tekanan darah.
Upaya Mengurangi Risiko Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit yang dapat dicegah. Apabila seseorang memiliki faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti faktor genetik dan usia, maka risiko Hipertensi masih dapat dikurangi dengan modifikasi pada faktor risiko lainnya seperti gaya hidup. Kunci pencegahan Hipertensi di usia dini adalah gaya hidup sehat. Penerapan pola hidup sehat dengan makanan yang seimbang dan sesuai kebutuhan sehingga didapatkan status gizi normal, aktivitas fisik yang cukup, kualitas tidur yang baik serta menghindari perilaku merokok adalah beberapa upaya untuk mengurangi risiko terjadinya Hipertensi di usia dini. Selain pola hidup sehat, pencegahan juga dapat dilakukan dengan kesadaran untuk melakukan pemeriksaan sebagai deteksi awal untuk skrining Hipertensi. Pemeriksaan awal Hipertensi ditujukan untuk deteksi dini agar dapat dilakukan intervensi pengobatan secara cepat dan tepat. Pencegahan penyakit dapat dimulai dari diri sendiri dengan memulai gaya hidup sehat dan kesadaran untuk melakukan deteksi dini Hipertensi.
Penulis : Mardiana, Mahasiswi Prodi S3 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin