Puji : Mendidik Anak, Beda dengan Mengeruk SDA

Loading

SAMARINDA, Swara Kaltim – Mendidik dan membentuk karakter anak tidaklah semudah mengeruk kekayaan Sumber Daya Alam, terlebih di era teknologi yang berkembang pesat.

“Bicara karakter, SDM, bukan bicara yang mudah. Di perkembangan teknologi yang pesat ditambahkah Kaltim menjadi ibukota negara, tentunya tidak gampang membentuk karakter anak kita untuk menjadi generasi emas di masa mendatang,” ucap Ketua TP PKK Samarinda Puji Setyowati Jaang ketika membuka Seminar Psikologi Parenting bagi orang tua murid Sekolah Al Azhar Syifa Budi di masjid Al Azhar As Syarief, Kamis (19/9/2019).

Sebagai ibu, lanjut Puji, dititipkan anak sebagai lembaran putih polos, tinggal bagaimana mau memberi warnanya.

“Mau digoreskan putih, merah, hitam, tergantung kita. 25 tahun kedepan barulah kita bisa menikmati hasil dari goresan kita. Beda dengan SDA, hari ini dikeruk, keluarlah hitam mengkilap yang diju ke luar negeri menjadi dolar, kemudian dibelikan Mercedes. Kalau SDM, tidak bisa sehari dua hari kita poles dan langsung dinikmati seketika,” ucap Puji yang juga anggota DPRD Kaltim ini.

Ditegaskan isteri walikota Samarinda, kalau SDM tidak bisa baru diajari kemaren, hari ini sudah berhasil. “Diajarin makan sambil duduk dan baca doa, tapi pas dibawa acara di masjid berlari-lari, makan berdiri. Terus pulang anak dijewer, dimarahin. Karena tidak bisa baru kemarin diajarin, langsung terpatri di otak anak,” katanya.

Oleh karena itu, Puji menilai luar biasa kegiatan seminar yang dilaksanakan Badan Kerjasama Orang Tua Murid dan Sekolah (BKOMS) Al Azhar Syifa Budi Samarinda. “Melalui seminar hari ini, semoga 25 tahun mendatang baru kita tersenyum. Anak kita jadi pejabat yang hafidz Quran. Untuk itu, ikuti seminar hari ini,” pesan mantan Dosen Politeknik Negeri Samarinda ini.

Karena lanjut Puji, Sarjana, S2 maupun S3 bisa diraih di akademik, S5 ada di orang tua. “Jadi tidak bisa kita sepenuhnya melepas tanggung jawab mendidik anak. Walaupun anak di sekolahkan sekolah agama dan pulang setelah shalat Ashar, tetap saat anak pulang ke rumah dan bermain dalam pengawasan orang tua, jangan dibiarkan,” imbuhnya.

Sementara ketua Harian Yayasan Budi Mulia Samarinda M Helmi Djamanie, mengatakan selalu mensupport kegiatan BKOMS, termasuk kegiatan yang berkaitan dengan pembentukan karakter murid.

Ketua Panitia Pelaksana Musviyanti mengatakan bahwa pembentukan karakter murid bukan hanya dituntut dari pihak sekolah. Sehingga sebutnya tema inilah yang diangkat dalam seminar, karena peran orang tua jauh lebih penting dalam pembentukan karakter anak dibanding gurunya yang hanya beberapa jam.

Adapun yang menjadi pembicara dalam seminar itu, Psikolog Sri Lestari Cahyaningsih dari Layanan Psikologi Permata tentang Stimulasi Motorik Pada Anak, dan Psikolog Yulia Wahyu Ningrum dari Biro Psikologi Mata Hati. (Dho)