MAHAKAM ULU, Swara Kaltim – HUDOQ merupakan tradisiadat dan budaya masyarakat Kabupaten Mahakam Ulu dari Etnik Dayak Bahau Busang dan Kayan. Pegelaran Hudoq Pekayang hanya dapat dilaksanakan disaat musim menanam padi disetiap tahun yang jatuh pada Oktober.
Secara bergotong royong, masyarakat dari 13 Kampung yang berada di Kecamatan Long Pahangai jauh jauh hari telah mempersiapkan pegalaran Hudoq Pekayang 2019 yang kali ini terpusat di Kampung Lirung Ubing.
Nampak terlihat dengan ciri khas ukiran adat Dayak berupa serut kayu rautan khusus serta ukiran Burung Enggang terpajang rapi dengan gaya menjuntai kebawah di sepanjang jalan di kampung tersebut, sebagai tanda untuk penyambuatan sejumlah tamu kehormatan yang hadir dalam kemeriahan pegelaran tersebut.

Hari itu Kamis (17/10), ribuan warga kontingen 13 kampung se-Kecamatan Long Pahangai sejak pukul 09.00 Wita telah berdatangan di Kampung Lirung Ubing. Sekitar pukul 13.00 Wita, rombongan Ketua dan anggota DPRD Mahulu dipimpin oleh Ketua DPRD Novita Bulan singgah di dermaga tengah kampung sekitar 200 meter dari Lamin Adat.
Dengan menaiki satu persatu anak tangga dermaga, Novita Bulan bersama 10 anggota DPRD Mahulu yaitu, Weni, Uling, Serlili, A Kelawing Bayau, Bo Imang, Dalmasius, Vedelis Tekwan Kuai, Jaang dan Geh Luhat, disambut oleh tetua adat melalui ritual adat etnik Bahau Busang dan Kayan, dengan tangan kanan rombongan diikatkan gelang manik.
Dalam penyambutan itu, nampak Wabup Mahulu Y Juan Jenau bersama istrinya dan Sekdakab Yohanes Avun serta istrinya, turut menyambut kedatangan rombongan wakil rakyat ini sebelum masuk rumah untuk beristirahat sejenak sambil menunggu kedatangan Kepala Daerah (Bupati Mahulu) Bonifasius Belawan Geh dan Ketua TP-PKK Mahulu Yovita Bulan Bonifasius.
Menurut Novita Bulan, seni dan budaya daerah dapat dijadikan ajang promosi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Mahulu. Terlebihnya sangat bermanfaat bagi kalangan muda-mudi di wilayah tersebut untuk mempromosikannya.

“Pegelaran tahunan ini yang telah dilakukan oleh 13 kampung di Kecamatan Long Pahangai ini, telah dibuktikan secara bergotong royong oleh masyarakat yang juga dibantu dari keahlian kalangan muda-mudi terutama kaum milenial di wilayah itu sehingga pegelaran Hudoq Pekayang terbilang sukses dilaksanaka,” ucap Putri asal Long Apari ini kepada wartawan.
Kata Bulan, saat ini interaksi budaya daerah mahulu semakin terbuka dan membawa kondisi itu untuk melibatkan masyarakat yang mencintai budayanya sendiri. Sehingga tidak mudah tergoda dengan budaya luar karena memilih budaya lokal yang terus di lestarikan.
Untuk itu, menurut wanita yang terpilih kedua kalinya sebagai Ketua DPRD Mahulu ini mengatakan, sudah menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, juga pemuda-pemudi untuk mempertahankan budaya lokal.
“Masyarakat diharapkan mendukung dalam melestarikan budaya lokal, mendukung kita, cermati, budaya lokal yang kita miliki memiliki nilai positif. Karena gimanapun juga, masyarakat harus menghargai budaya yang dimilikinya dan harus melestarikan serta mempertahankannya hingga generasi berikutnya,” pinta Bulan.
Tak hanya dirinya, Bo Imang selaku wakil rakyat yang juga terpilih kedua kalinya menjadi anggota DPRD Mahulu melalui pemilu serentak/legislatif 2019 itu. Dirinya sangat perhatian terhadap seni budaya lokal. Sehingga kedepan pihaknya akan mendorong instansi terkait agar seni budaya daerah disukai oleh wisatawan lokal hingga mancanegara.
“Masyarakat Kabupaten Mahulu harus bangga dengan budaya yang kita miliki. Selain hudoq, kita punya seni dan budaya yang bermacam-macam. Ini harus kita tetap lestarikan, kita rawat agar tetap kokoh tanpa campur aduk budaya luar,” tukas anggota Komisi III DPRD Mahulu ini disela Hudoq Pekayang di Lirung Ubing.
Penulis : Alfian
Editor : Redaksi