Bisnis Hotel VS Covid-19 Salam Wonderful Indonesia

SWARAKALTIM.COM – PERMASALAHAN Covid-19 merupakan krisis global yang menghantam kehidupan sektor industri secara menyeluruh, khususnya sektor hotel dan restoran.

Tingkat hunian atau okupansi hotel rata-rata seluruh anggota PHRI secara nasional dibawah 9%, kondisi ini jelas sangat mematikan jalannya operasional industri perhotelan.

Sektor perhotelan termasuk yang paling parah terkena dampak pandemi covid-19, satu per satu hotel dan restoran tutup sementara dan para karyawan dirumahkan atau cuti tak ditanggung, sebagian besar terjadi di Bali, Jabar, DKI Jakarta, Manado, Sumut, Sumbar, Kaltim dan sebagainya.

Dikutip dari portal online jalajahnusa.com/3 April 2020, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Pusat Yusran Maulana menyampaikan bahwa “per 1 April 2020 hotel di Indonesia yang tutup tembus diangka 1.174 hotel, sementara karyawan yang telah dirumahkan atau di PHK mencapai 58.700 orang, dan masih akan bertambah lagi selama masa pandemi covid-19 berlanjut”.

Senyatanya pandemi Covid-19 tesebut kehadirannya memang tak bisa ditolak, Covid-19 akan tetap datang karena masanya yang menghendaki ia muncul, meski seluruh dunia dibuat panik akan kehadirannya namun yang paling penting saat ini adalah bagaimana memutus mata rantai penyebarannya.

Dalam hal ini Pemerintah mengeluarkan surat edaran Social Distancing / Jaga Jarak (physical distancing) dan bekerja dari rumah/Work From Home (WFH) dan yang terakhir Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Sebaiknya hal ini disikapi sebagai “Kesempatan Evaluasi” dan sebagai momen pemicu guna mengevaluasi SWOT kekuatan(strength), kelemahan(Weakness), peluang(Opportunity) dan ancaman(Threat) dalam mempersiapkan bisnis setelah masa pandemi covid-19 berakhir dan strategi pertumbuhan bisnis kedepannya, dimana diperlukan kecerdasan bagi pelaku bisnis untuk mengeksplorasi power yang ada sebaik mungkin agar sebuah bisnis tetap bisa bertahan dan bernafas panjang.

Pandemi Covid-19 pun mengganggu kestabilan bisnis pariwisata bahkan dampak perekonomiannya lebih dahsyat dari Disruption yang timbul akibat teknologi digital atau revolusi industri 4.0.

Disrupsi yang dimaksud oleh Prof. Rhenald Kasali adalah perubahan yang timbul akibat teknologi digital yang berimbas pada naik turunnya nilai bisnis dari sebuah jasa/barang.

Dilansir dari buku “Disruption” Guru besar Fakultas ekonomi Universitas Indonesia Prof Rhenald Kasali menjelaskan ihwal Digital Disruption yang juga bakal menggoyang kemapanan industri pariwisata.

Bisnis Hotel di tanah air mengalami kemunduran dampak dari pandemi Covid-19 juga dianggap sebagai “Disruption”/biang kerok dan pengacau yang mengganggu kestabilan bisnis pariwisata dan melemahkan perekonomian di segala sektor.

Dicky Sumarsono dalam bukunya “Winning Competition” menjelaskan bahwa “dalam menghadapi Disruption sebaiknya para pelaku bisnis menciptakan inovasi-inovasi baru”. berikut ini tiga (3) langkah yang dapat membantu pelaku bisnis dalam menghadapi disrupsi pandemi covid-19:

  1. Tetap kembangkan bisnis meski dalam ketidakpastian. Pebisnis yang baik adalah pebisnis yang menyadari bahwa dunia bisnis tidaklah pasti, ketidak pastian adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Sebaiknya pelaku bisnis mengeksplor dan merencanakan yang harus dilakukan dalam menghadapi perubahan.

2. Berfokuslah pada ide-ide/pemikiran yang tidak biasa. Pelaku bisnis harus mau menerima inovasi “diluar kotak” dan menoleransi pemikirann – pemikiran yang tidak biasa.

Kreatif dan Inovatif, anjuran pemerintah dengan program WFH (Work From Home), Hotelpun tidak kalah kreatifnya dengan menawarkan paket Long Stay, yang dikemas dengan nama persis sama WFH (Work From Hotel), Yang mana belum pernah ada dan belum terpikirkan sebelumnya, tapi dengan tuntutan perubahan dan sedikit kreativitas maka menjadi tren.


Inovatif; saat ini hampir semua hotel dan resto sepi pengunjung sehingga hotelpun berlomba membuat paket Meal Box (Nasi Kotak) dan memasarkannya secara online via medsos plus ditambah dengan servis deliverinya (gratis antar) yang benar-benar memanjakan konsumen, ada juga yang menawarkan aneka minuman café dan menjajakannya kepada pengunjung, dan lain sebagainya yang merupakan ide kreatif dan inovasi dari masing-masing hotel.

Sebenarnya pengusaha memahami bahwa gangguan/disrupsi bukanlah sebuah pengecualian melainkan situasi global yang terjadi saat ini. Seorang hotelier sejati menjadikan persaingan untuk mengeksploitasi self power dan dare to innovative.

Dibutuhkan langkah akseleratif bagi para hotelier untuk membawa bisnis bisa eksis dalam jangka panjang, terutama saat sekarang ini dalam menghadapi disrupsi dampak dari pandemi covid-19.

Tentunya Industri perhotelan diseluruh tanah air berharap pandemi covid-19 segera berakhir sehingga perekonomian dapat kembali bangkit dan geliat pariwisata nusantara kembali bergejolak bak penari rupawan yang berlenggak lenggok menarik hati. Jayalah Pariwisata Indonesia. (yas)

Penulis : Armunanto Somalinggi
GM Hotel Grand Kartika
Kabid SDM PHRI BPD Kaltim Kabid Humas IHGMA DPD Kaltim

Loading