: Anggota DPR – RI dan DPD RI Gelar Sosialisasi Empat Pilar
BALIKPAPAN, Swarakaltim.com – Walaupun tak bertatap muka secara langsung, namun sosialisasi empat pilar tetap dapat terselenggara secara online. Digelar di Hotel Her, Jumat (14/8), sosialisasi tersebut merupakan kewajiban dari setiap anggota MPR RI yang terdiri dari anggota DPR RI dan DPD RI. Dengan kewajiban untuk menyosialisasikan MPR – RI dalam berbangsa dan bernegara. Yang meliputi dari Pancasila sebagai dasar dalam bernegara, Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (jangan disingkat), NKRI serta bhineka tunggal ika.
“Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan, betapa pentingnya menghayati sejarah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh proklamator kita Presiden Soekarno dengan sebutan Jangan Sekali – Kali Melupakan Sejarah (Jas Merah),” kata anggota DPR – RI KH Aus Hidayat Nur dalam video sosialisasi empat pilar yang diselenggarakan di Hotel Her, Jumat (14/8/2020).
Bukan hanya jas merah, adapula sebutan Jangan Sekali – Kali Hilangkan Jasa Ulama (Jas Hijau) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena Jas Hijau ada kaitannya dengan terwujudnya NKRI dan pancasila.
“Oleh karena itu, jangan sekali – kali kita meninggalkan Jas Merah dan Jas Hijau,” ujarnya.
Dahulu, terdapat tokoh nasional dan terkenal hingga internasional yaitu Dr Suedjatmoko. Beliau adalah rektor universitas Persatuan Bangsa – Bangsa (PBB). Beliau pernah berkata, pada jaman akhir ini alternativ pendidikan yang terbaik adalah pondok pesantren. Dengan catatan memakai manajemen yang modern. Secara metode mengaji tetap memakai salafiah. Namun dalam hal tata kelola mengunakan manajemen modern. Karena santri pondok pesantren itu ampuh. Misalnya di tanah Jawa, yang paling ditakuti penjajah Belanda dahulu dimasa perang kemerdekaan adalah santri dan tarekat.
“Adapula seorang santri yang juga penganut tarekat. Namanya Abdul Hamid atau yang terkenal dengan sebutan pangeran Di Panegoro,” jelasnya.
Selain Pangeran Di Panegoro, terdapat pula anak bangsa yang didik para ulama menjadi tokoh bangsa di Yogyakarta. Yakni KH Sulaiman Zainuddin di Kalasan, Prambanan. Memiliki santri yang banyak. Salah satunya bernama Suwardi Suryaningrat dan menjadi bapak pendidikan nasional. Yang populer dengan sebutan KH Dewantoro. Dan perlu diketahui bahwa ketika Indonesia merdeka. Ada seorang sayid dari Kauman, Semarang. Yang mengajak bangsa kita untuk bersyukur. Dengan susunan lagu yang berjudul Syukur. Dan dalam pelajaran sekolah dasar beliau disebut dengan nama H Mutahar.
“Beliau juga yang menciptakan lagu kemerdekaan 17 Agustus tahun 45. Maka dengan demikian perjuangan umat islam indonesia berdasarkan pada akidah, tauhid ketuhanan yang maha esa. Inilah pelajaran penting harus kita ingat selalu dalam mewujudkan pemahaman kita dalam empat pilar tersebut,” tegasnya.
Terpisah, Ketua MPD PKS Kota Balikpapan Ustaz Fahrurrozi menambahkan, kita mengetahui bahwa negeri kita juga dimerdekakan oleh darah para ulama. Baik itu para muslimin, santri itu tidak bisa dipungkiri oleh sejarah. Karena, jika dilihat dari statistik yang ada di BPS hingga saat ini bahwa kaum muslimin sekitar 90 persen. Ibarat pejuang dari 10 pasti sembilannya adalah orang islam. Tetapi jangan dilihat itu sebagai perbedan. Kita tetap dapat berjuang bersama – sama. Sekacil apapun kontribusi kepada negeri ini, tetap menjadi saudara sebangsa dan setanah air.
“Kami hanya memohon, tolong peran ulama jangan dihilangkan dari sejarah. Agar anak negeri ini tahu. Bahwa para ulama dahulu bukan hanya sibuk membina santrinya di pesantren. Tetapi juga berperan mengusir yang namanya penjajah,” pungkasnya. (SIS)
Penulis : SIS
Editor : Redaksi (SK)