TANJUNG REDEB, Swarakaltim.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau melalui Dinas Koperasi dan Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) sedang berupaya memutus mata rantai, agar bahan baku terasi Bumi Batiwakkal tidak lagi dijual oleh pengolahnya berupa bahan baku saja. Namun sudah waktunya Berau harus punya brand lokal untuk terasi ini. Karena di beberapa Kecamatan potensi bahan baku terasi ini sangat menjanjikan, makanya harus diperjuangkan.
Untuk ketahap tersebut memang tidak mudah dan pastinya memerlukan modal agar para pengolah terasi, baik yang di Kampung Buyung Buyung Kecamatan Tabalar, Kampung Pegat Batumbuk Kecamatan Pulau Derawan maupun di Kampung Batu Putih Kecamatan Batu Putih tidak tergiur untuk menjual bahan baku telah mereka oleh ke daerah luar misal Nusa Tenggara Barat (NTB) atau daerah lain, seperti selama ini.
“Itu sebabnya Pemda berupaya carikan pendamping untuk terasi ini. Sangat disyukuri Bank Indonesia (BI) menyambut hangat. Bahkan keseriusan BI siap menjadi pendamping pengembangan terasi made in lokal, sehingga beberapa waktu lalu setelah bertemu dengan kami, juga telah melakukan peninjauan ke kampung kampung penghasil bahan baku terasi bersama Diskoperindag. Lebih lanjut bagaimana arahan BI bisa ke Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait,” ungkap Wakil Bupati Kabupaten Berau Gamalis baru baru ini terkait terasi.
Apabila ada bapak angkat tambahnya, pasti Berau tidak dikenal sebagai penyuplai bahan baku terasi saja, namun punya produk terasi lokal yang siap bersaing dengan terasi daerah lain. Makanya perlu ada pendamping untuk pembinaan bagi pengolah, mempeking atau label produk sudah jadi hingga pemasaran. Sebagai daerah penghasil bahan baku sudah waktunya Berau memiliki hak paten untuk terasi ini. “Jadi daerah kita tidak hanya dikenal sebagai penghasil udang atau bahan utama terasi. Tetapi Berau punya brand sendiri untuk terasi namun yang sudah dalam bentuk bingkisan atau paketan,” ujar Wabup, Gamalis. (NHT)
TANJUNG REDEB, Swara Kaltim. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau melalui Dinas Koperasi dan Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) sedang berupaya memutus mata rantai, agar bahan baku terasi Bumi Batiwakkal tidak lagi dijual oleh pengolahnya berupa bahan baku saja.
Namun sudah waktunya Berau harus punya brand lokal untuk terasi ini. Karena di beberapa Kecamatan potensi bahan baku terasi ini sangat menjanjikan, makanya harus diperjuangkan.
Untuk ketahap tersebut memang tidak mudah dan pastinya memerlukan modal agar para pengolah terasi, baik yang di Kampung Buyung Buyung Kecamatan Tabalar, Kampung Pegat Batumbuk Kecamatan Pulau Derawan maupun di Kampung Batu Putih Kecamatan Batu Putih tidak tergiur untuk menjual bahan baku telah mereka oleh ke daerah luar misal Nusa Tenggara Barat (NTB) atau daerah lain, seperti selama ini.
“Itu sebabnya Pemda berupaya carikan pendamping untuk terasi ini. Sangat disyukuri Bank Indonesia (BI) menyambut hangat. Bahkan keseriusan BI siap menjadi pendamping pengembangan terasi made in lokal, sehingga beberapa waktu lalu setelah bertemu dengan kami, juga telah melakukan peninjauan ke kampung kampung penghasil bahan baku terasi bersama Diskoperindag.
Lebih lanjut bagaimana arahan BI bisa ke Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait,” ungkap Wakil Bupati Kabupaten Berau Gamalis baru baru ini terkait terasi.
Apabila ada bapak angkat tambahnya, pasti Berau tidak dikenal sebagai penyuplai bahan baku terasi saja, namun punya produk terasi lokal yang siap bersaing dengan terasi daerah lain. Makanya perlu ada pendamping untuk pembinaan bagi pengolah, mempeking atau label produk sudah jadi hingga pemasaran.
Sebagai daerah penghasil bahan baku sudah waktunya Berau memiliki hak paten untuk terasi ini. “Jadi daerah kita tidak hanya dikenal sebagai penghasil udang atau bahan utama terasi. Tetapi Berau punya brand sendiri untuk terasi namun yang sudah dalam bentuk bingkisan atau paketan,” ujar Wabup, Gamalis. (NHT)