KUTAI KARTANEGARA, Swarakaltim.com – Tim IESR berserta rombongan telah melakukan peninjauan lokasi terakhir dalam program Jelajah Energi Kaltim, dan lokasi tersebut terletak di Desa Menamang Kanan Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kamis (7/9/2023).
Kegiatan Jelajah Energi Kaltim ini di inisiasi oleh Institute For Enssential Service Reform (IESR) berkolaborasi bersama program CASE, Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ), dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Dan peserta rombongan Jelajah Energi Kaltim ini terdiri dari instansi pemerintah yakni Dinas ESDM Kaltim, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perkebunan, Kelompok Masyarakat (Duta Wisata Kaltim, Duta Lingkungan Kota Balikpapan, Kawal Borneo Community, Bank Telihan, Srikandi Konservasi, WALHI Kaltim, Yayasan Bumi, dan Su-re.co), para Akademisi (Universitas Mulawarman, Politeknik Negeri Samarinda, dan SRE Institut Teknologi Kalimantan), serta puluhan awak media lokal juga nasional turut hadir dalam kegiatan ini.
Desa Menamang Kanan ini merupakan salah satu desa yang terpencil dengan jarak tempuh kurang lebih 4 jam perjalanan dari Kota Samarinda, dan akses jalan masih pengerasan serta berdebu tebal, karena akses jalan tersebut belum dilakukan pengaspalan ataupun pengecoran, selan itu juga terdapat hilir mudik kendaraan besar pengangkut kayu logging.
Sehingga para warga dan pengunjung desa tersebut mesti berhati-hati dalam perjalanan tersebut.
Di tahun 2022 silam, Desa Menamang Kanan telah menerima bantuan dari pemerintah provinsi Kaltim melalui Dinas ESDM Kaltim berupa pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas sebesar 87 MWp.
Pembangunan PLTS Terpusat dengan nilai investasi sebesar Rp 9,4 miliar tersebut, kini menerangi 600 kepala keluarga yang bermukim 139 kilometer dari jantung Kutai Kartanegara.
Saat diwawancarai awak media, Sekretaris Desa (Sekdes) Menamang Kanan Japir menceritakan bahwa sebelum adanya pembangunan PLTS ini, warga menggunakan tenaga genset sebagai penerangan rumah dan kebutuhan lainnya.
“Desa Kami ini terdiri dari 5 RT, dan selain menggunakan tenaga genset, bantuan dari program CSR perusahaan terdekat,” lanjutnya.
“Dan biasanya memerlukan konsumsi BBM rata-rata per hari 100 liter, sedangkan bantuan dari perusahaan hanya 800 liter perbulan,” ujarnya.
“Sehingga, jatah perusahaan tersebut hanya bisa di gunakan kurang lebih seminggu saja, sedangkan hari berikutnya Kami pun membeli secara mandiri dari iuran warga desa ini,” ucapnya.
“Dengan adanya pembangunan PLTS ini, tentunya saja sangat membantu meringankan beban masyarakat Desa Menamang Kanan, serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Desa Kami,” katanya.
Namun, Sekdes Menamang Kanan Japir mengatakan bahwa saat ini PLTS hanya bisa memberikan aliran listrik di 4 RT (RT 1 sampai 4) dan tinggal RT 5 yang belum.
“Berdasarkan informasi dari pihak Dinas ESDM Kaltim, jika di paksakan maka tentunya hasil aliran listrik dari PLTS ini tidak maksimal bahkan tidak berfungsi saat di sambungkan ke RT 5 tersebut,” imbuhnya.
“Karena jarak tempuh ke RT 5 mencapai kurang lebih 2 kilometer, sehingga daya listrik yang di hasilkan oleh PLTS ini tidak sampai,” tuturnya.
Terkait dengan kapasitas daya listrik yang diterima oleh warga, Sekdes Menamang Kanan Japir kembali menjelaskan bahwa setiap rumah di berikan jatah 700 Watt Hour (Wh) dari PLTS.
“Sehingga, hanya bisa digunakan untuk penerangan saja, kalaupun untuk televisi hanya di gunakan layar datar bukan televisi cembung,” sambungnya.
“Sedangkan untuk masak, kulkas, dan yang dapat melewati batas 700 Wh, tentunya tidak bisa,” lirihnya.
Japir menyebutkan bahwa dalam pengelolaan PLTS dihibahkan kepada pemerintah Desa dan dikelola oleh masyarakat sebagai masa uji coba selama periode satu tahun.
“Walaupun warga Kami menerima secara gratis, namun operator yang kami siapkan belum dapat menjalankan secara optimal, hanya sebatas pembersihan pada panel saja,” ungkapnya.
“Untuk itu, Kami berharap nantinya pihak Dinas ESDM Kaltim bisa memberikan pelatihan kepada warga kami yang telah di tunjuk sebagai pengelola PLTS ini,” harapnya.
Di tempat terpisah, Inspektur Ketenagalistrikan Ahli Muda Dinas ESDM Provinsi Kaltim Ahmad Pranata menjelaskan bahwa pembangunan PLTS Terpusat berfokus pada wilayah terpencil yang sulit dijangkau oleh PLN.
“Salah satunya di Desa Menamang Kanan ini, yang menjadi pusat perhatian Kami guna membantu penerangan rumah warga Desa ini,” tambahnya.
“Untuk sementara hanya di gunakan penerangan rumah, dan nantinya kami akan usulkan untuk penambahan daya, sehingga bisa di gunakan kebutuhan listrik untuk elektronik lainnya,” ucap Ahmad Pranata.
Terkait dengan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam perawatan PLTS ini, Inspektur Ketenagalistrikan Ahli Muda Dinas ESDM Provinsi Kaltim Ahmad Pranata menambahkan bahwa pelatihan kepada operator ini, sedang kami proses penganggaran kegiatan Bimbingan Teknik (Bimtek) guna memberikan pembekalan dalam hal perawatan PLTS.
“Untuk sementara, perawatan yang terkecil saja namun sangat berpengaruh terhadap penerimaan penyerapan tenaga Surya, yakni setiap pekan di bersihkan seluruh panelnya, sehingga daya serapnya bisa lebih maksimal,” jelasnya.
“Sedangkan perawatan PLTS, bisa kami pantau secara langsung melalui online, yang alatnya sudah di pasang, sehingga kami bisa memantau dari jauh, dan apabila terjadi kerusakan, maka kami akan segera datang ke Desa ini,” paparnya.
“Sedangkan baterai yang terpasang ini bisa bertahan hingga 3 tahun kedepan,” ucap Ahmad Pranata.
Dear teman2 jurnalis. Berikut tggpan iesr terkait PLTS Terpusat Menamang Kanan.
Pada kesempatan ini, Marlistya Citraningrum selaku Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan, IESR turut menjelaskan bahwa Energi surya merupakan sumber energi demokratis dan tersedia di seluruh wilayah Indonesia, karenanya untuk listrik perdesaan khususnya yang sulit dijangkau dengan jaringan (PLN), penyediaan energi dengan PLTS
terpusat menjadi solusi.
“Untuk memastikan keberlanjutan manfaat dan pengelolaannya, partisipasi masyarakat dan komunitas sekitar sangat penting,” sambung Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan, IESR Marlistya Citraningrum.
“Mulai dari perencanaan, pembangunan, pelatihan bagi operator untuk operasi dan perawatan, hingga skema bisnis yang dijalankan,” ucap Marlistya Citraningrum.
“Dalam pembangunan dan pengelolaan PLTS juga bisa dilakukan dengan dana desa dan dikelola oleh badan usaha milik desa (BUMDes),” ungkap Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan, IESR Marlistya Citraningrum.
“Ini adalah peluang usaha inovatif energi terbarukan, yang masih jarang dilakukan di Indonesia namun memiliki potensi besar,” pungkasnya. (AI)