SAMARINDA, Swarakaltim.com – Di tengah tantangan dan peluang era digital, Kelompok Arjuna Bakti BCA 2025 hadir memberikan solusi nyata bagi para pengrajin tenun dan manik di Kelurahan Tenun, Samarinda Seberang.
Melalui program Community Empowerment bertajuk “Pelatihan Digitalisasi dan Hospitality”, kegiatan ini berlangsung selama dua hari, Sabtu dan Minggu (26–27 April 2025), di Kantor Kelurahan Tenun, dan diikuti antusias oleh pengrajin dari RT 02 dan RT 05.
Ketua Pelaksana, Andi, membuka secara resmi kegiatan yang bertujuan meningkatkan kapasitas para pelaku usaha lokal agar mampu bersaing di pasar digital dan memahami pentingnya layanan pelanggan yang prima.
Pada hari pertama, peserta mendapatkan materi Digitalisasi dan Pemasaran dari Kadek Dristiana, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UNMUL. Kadek menekankan pentingnya identitas brand dalam memenangkan pasar. “Membedakan produk kita dari yang lain adalah kunci. Brand yang kuat bisa menjual lebih dari sekadar barang,” jelasnya.
Peserta pun tak hanya mendengar teori, tapi langsung mempraktikkan pembuatan logo brand mereka sendiri.
Keesokan harinya, pelatihan berlanjut dengan materi Hospitality oleh Ziya Ibrizah, juga Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UNMUL. Materi ini difokuskan pada keterampilan pelayanan pelanggan, terutama karena banyak pembeli produk kerajinan merupakan wisatawan asing. Dalam sesi ini, Ziya melakukan simulasi roleplay untuk melatih para pengrajin dalam menghadapi pelanggan. Suasana pelatihan menjadi hidup dengan keaktifan peserta mencoba langsung situasi pelayanan nyata.
Di akhir kegiatan, sesi kesan dan pesan dari peserta menjadi penutup yang penuh makna. Salah satu pengrajin menyampaikan apresiasinya, “Kegiatan seperti ini biasanya berbayar, tapi karena difasilitasi mahasiswa, kami bisa ikut secara gratis. Ini sangat bermanfaat,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata kepedulian generasi muda terhadap pelestarian budaya dan peningkatan kapasitas masyarakat. Kelompok Arjuna berharap ilmu yang diberikan dapat meningkatkan daya saing para pengrajin dalam menghadapi tantangan ekonomi digital, sekaligus mempertahankan warisan budaya lokal. Bakti setitik, lama-lama menjadi bukti.(*dho)