Pemprov Kaltim Bentuk KKMD untuk Pulihkan Hutan Mangrove

SAMARINDA, Swarakaltim.com – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) meluncurkan program Jospol Mangrove melalui pembentukan Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD). Langkah ini ditempuh untuk mengembalikan kejayaan mangrove di Bumi Etam yang kini terancam deforestasi.

Berdasarkan data tahun 2024, luas mangrove eksisting di Kaltim tercatat 176.784 hektare. Namun, luasan itu terus berkurang akibat pembukaan tambak yang menjadi pemicu utama kerusakan mangrove.

“Pemicu pembukaan lahan mangrove terbesar adalah untuk kegiatan pembukaan tambak. Di sisi lain, ditemukan tambak-tambak yang kemudian terabaikan dan telah berubah menjadi semak mangrove,” ungkap Wakil Gubernur (Wagub) Kaltim, Seno Aji, dalam Talkshow Hari Mangrove Sedunia di Pendopo Odah Etam Kompleks Kantor Gubernur Kaltim, Selasa (26/8/2025).

Ia menambahkan, deforestasi mangrove memiliki keterkaitan erat dengan keberadaan permukiman dan jaringan transportasi, baik sungai maupun darat, serta fasilitas pendukung seperti pelabuhan.

“Hilirisasi industri Kaltim sedikit mengurangi jumlah tanaman mangrove,” jelasnya.

Sebagai bentuk penanganan, Pemprov Kaltim membentuk KKMD yang bertugas mengupayakan perlindungan sekaligus pengelolaan ekosistem mangrove di daerah.

Keanggotaan KKMD tidak hanya berasal dari unsur pemerintah, tetapi juga melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) penggiat lingkungan dan pihak swasta.

“Mangrove dikembalikan fungsinya. Pertama adalah bahwa mangrove ini punya potensi karbon yang sangat besar. Lebih dari tumbuhan yang ada di daratan karena mereka lahan basah. Kemudian yang kedua untuk potensi wisata, potensi wisata dan budaya kita di Kalimantan Timur,” ujar Seno Aji.

Program ini akan dipusatkan di Kutai Kartanegara, khususnya di kawasan Delta Mahakam, yang menjadi daerah dengan tingkat deforestasi mangrove tertinggi.

Data mencatat, pada periode 1994–2004, deforestasi di Kukar mencapai 50.115 hektare. Periode 2004–2014 tercatat 9.974 hektare, sedangkan periode 2014–2024 menyusut menjadi 3.030 hektare.

“Nah, kita ingin paling tidak Delta Mahakam menjadi salah satu tempat utama untuk potensi mangrove yang ke depan. Tapi tetap kita akan menyasar ke potensi mangrove di Berau, Kutai Timur, Penajam Paser Utara, dan Paser,” tegasnya.

Lebih lanjut, prinsip kerja KKMD menekankan pada penyelarasan antara pemulihan ekosistem mangrove dengan keberlanjutan ekonomi para pelaku tambak di Kaltim.(DHV)

www.swarakaltim.com @2024