Penegak Hukum Jangan Mempermainkan Rasa Keadilan Rakyat Untuk Kepentingan Kekuasaan Dan Pendukung Kekuasaan

Presiden PKS Akhmad Syaikhu

Bagian ke 3 Selesai

—- Pengantar Redaksi—-
*SUPERMASI HUKUM* adalah Ayah kandung keadilan,  Perlindungan  Hak Asasi Manusia (HAM) adalah ayah kandung nya. Kita ingin hukum di NKRI ini bisa tegak dan berpihak pada kebenaran dan rasa keadilan. Berikut pemikiran *Presiden PKS Ahmad Syaikhu*  di paparkan  *Wartawan Swara Kaltim Drs. Slamet Iman Santoso* yang ditulis dalam bagian ke-3 akhir

*SALAH SATU*  Perubahan yang mendasar saat reformasi adalah perubahan KONSTITUSI. Dan salah satu pola penting perubahan dalam  konstitusi adalah dengan supermasi hukum dan perlindungan HAM.

Presiden PKS Akhmad Syaikhu dalam pandangannya mengatakan supermasi hukum itu adalah ayah kandung keadilan, dan perlindungan HAM  itu adalah Ayah kandung nya. Penegakan hukum dan HAM adalah dua sisi mata uang yang sama dari Keadilan.

Hukum harus tegak dari landasan perlindungan HAM. Kenapa demikian karena penegakan hukum tidak bersumber dari kepentingan kekuasaan. Tetapi hukum berdiri tegak karena semangat ingin melindungi hak-hak asasi warganya.

Silahturahmi H. Sonhaji Ketua DPD PKS Kota Balikpapan beserta struktur bertemu Wakil Walikota Balikpapan H. Rahmad Mas’ud belum lama ini dalam rangka koordinasi, sinergi pemikiran paska pilkada. Dan persiapan saat H.Rahmad Mas’ud memimpin kota Balikpapan.

Indonesia adalah negara hukum bukan negara kekuasaan. Hukum harus tegak dan berpihak pada kebenaran dan rasa keadilan masyarakat. Buka kepada kekuasaan dan pendukung kekuasaan.
“Jangan sekali-kali penegak hukum mempermainkan rasa keadilan rakyat untuk kepentingan kekuasaan dan pendukung kekuasaan. Dan jangan sekali-kali kekuasaan mengintervensi penegakan hukum untuk kekuasaan semata,” tegas Syaikhu sosok pemimpin pencinta Qur’an.

Dalam ringkasan penuturan Syaikhu yang tercatat pada Swara Kaltim berpesan,  jangan lukai rasa keadilan rakyat demi melenggangkan kekuasaan.
“Kekuasaan itu akan jalan di pergilirkan tidak ada yang abadi di tampuk kekuasaan. Yang diatas tidak selalu diatas, yang di bawah tidak selalu di bawah,” ujarnya.

Kemudian Syaikhu menekankan yang berkuasa tidak selalu menang dan berbuat apa saja. Yang tidak berkuasa tidak selalu kalah dan menjadi objek pelengkap penderita.  Pergunakanlah kekuasaan itu dengan arif dan bijaksana.
“Siapa yang menabur angin ia akan menuai badai. Siap yang menyalah gunakan kekuasaan abuse of power akan menuai akibatnya atas tindakan nya itu,” tutur Syaikhu dan  menambah dirinya akan bicara kekuasaan cendrung kurup, apalagi kekuasaan yang absolud akan pasti korup di sesi lain. (SIS).

Loading