BALIKPAPAN, Swarakaltim.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Kalimantan dan Sulawesi (Kal-Sul) menggelar kegiatan yang dihadiri 35 awak media cetak, online dan radio bertempat di Ballroom hotel Novotel.Selasa(12/10/2021).
Kegiatan bersama awak media ini mengambil tema Tata Kelola Industri Hulu Migas & Tantangan Kedepan. Dalam kegiatan di hadiri Senior Manager Humas SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi – Wisnu Wardhana, Akademisi dan Pengamat Perminyakan Indonesia – Rudi Rubiandini dan sebagai Moderator kegiatan Slamet Imam Santoso.
Menurut Senior Manager Humas SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi – Wisnu Wardhana, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada rekan rekan media untuk mendapatkan update dan informasi terkait perkembangan industri Hulu Migas. Sebagai mana diketahui, industri Hulu Migas berada di wilayah Kaltim sejak puluhan tahun yang lalu dan kian berkembang.

“Peran serta media untuk menyampaikan pesan dari pemerintah terkait dengan kampanye mengawal langkah mewujudkan target produksi 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (Bscfd) dapat tercapai pada 2030. Salah satunya dengan mempertahankan tingkat produksi migas nasional pada 2021,” katanya.
Wisnu menambahkan, rekan rekan media diharapkan dapat menyampaikan informasi dan pesan terkait industri Hulu Migas secara berimbang dan mendukung kegiatan Hulu Migas pada saat eksplorasi di wilayah Kaltim dan Kalimantan secara luar.
Sementara itu, Akademisi dan Pengamat Perminyakan Indonesia – Rudi Rubiandini mengungkapkan, adanya energi terbarukan untuk mengantikan energi berbasis fosil, belum dapat dipastikan.Karena kini, krisis energi masih terjadi. Diakui banyak rintangan untuk energi terbarukan bisa mengantikan energi fosil, karena energi yang bersumber dari fosil seperti minyak, gas dan batu bara itu 70 persen menguasai dunia, sedangkan energi baru terbarukan hanya 30 persen.
“Untuk energi terbarukan 30 persen apakah dapat mengantikan 70 persen yang bersumber dari fosil, hal ini kemungkinan tidak mungkin,” ungkapnya.
Adapun krisis pasokan minyak dikarenakan ekonomi semakin maju dan produksi minyak tidak bisa di kejar. Termasuk untuk penggunaan gas kurang berkembang karena disebabkan infrastruktur di negara-negara maju gas langsung masuk ke rumah warga, karena infrastrukturnya sudah dibangun dengan baik oleh pemerintahnya. (SIS).