Sawit Jadi Lokomotif Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19

Loading

SAMARINDA, Swarakaltim.com – Perusahaan Perkebunan menjadi salah satu sektor utama dalam tatanan ekonomi terutama di wilayah Indonesia. Perusahaan Perkebunan dalam banyak kasus memiliki posisi dominan dalam pembangunan sosial ekonomi.

Sektor Perkebunan ini berdampak sangat signifikan dalam arti positif maupun negatif. Dan para Jurnalis se-kalimantan telah di berikan informasi terkait isue dampak sosial industri kelapa sawit di tengah masyarakat, dengan melalui kegiatan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggelar kegiatan Journalist Fellowship & Training Batch II 2021 di Galaxi Hotel Jalan A. Yani KM 2,5 No.138, Sungai Baru, Kec. Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) tentang dampak sosial ekonomi, pada tanggal 10 November hingga 13 November 2021 belum lama ini.

Pada kesempatan ini para jurnalis diberikan materi meliputi materi I “Kontribusi Sawit bagi Perekonomian Nasional” yang disampaikan oleh Tofan Mahdi Ketua bidang Komunikasi GAPKI, lanjut Materi II terkait “Isu dan Tantangan Kelapa Sawit di Pasar Global” oleh Dr. M. Fadhil Hasan Ketua Bidang Luar Negeri GAPKI, dan Materi III terkait “Kontribusi Sawit bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani,” oleh M. Goldenmeir Mektania B.Com Devisi komunikasi Internal dan Eksternal DPP Apkasindo.

Pada kesimpulan materi tersebut tentunya industri kelapa sawit di Indonesia mengalami beragam dampak sosial, namun kebanyakan masyarakat mendapatkan dampak sosial ekonomi yang baik.

Karena adanya industri kelapa sawit ini tentunya
berdampak positif yaitu sektor perkebunan ini mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat, meningkatkan ekonomi dan pembangunan.

Sedangkan dampak negatif dalam ranah sosial, lingkungan, politik dan budaya yang ditimbulkan
sektor industri ini pun sangat luar biasa. Hal itu terjadi karena pemerintah tidak memiliki strategi jitu untuk menyelamatkan kepentingan pelestarian hidup dan kepentingan penduduk lokal.

Pemateri Tofan Mahdi selaku Ketua Bidang Komunikasi GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) memaparkan tentang Kontribusi Industri Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Perekonomian Nasional bahwa nilai ekspor di Tahun 2020 sebesar USD 22,97 milliar lebih tinggi dari Tahun 2019 yaitu sebesar 20,22 milliar.

“Untuk serapan tenaga kerja sudah mencapai angka 2,3 juta usaha petani yang memperkerjakan 4,4 juta orang,” lanjutnya.

“Dan untuk serapan pada sektor pertanian mencapai angka 4,4 juta tenaga kerja langsung serta 12 juta tenaga kerja tidak langsung,” katanya.

“Sedangkan untuk ketahanan energi, penghematan Devisa USD 3,54 atau Rp. 51,73 Triliun melalui mandatori B-20, dan program mandatori B30 diperkirakan menghemat sebesar USD 8 milliar atau sekitar Rp. 116 Triliun,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, Dr. M. Fadhil Hasan Ketua Bidang Luar Negeri GAPKI menjelaskan pada materi II terkait “Isu dan Tantangan Kelapa Sawit di Pasar Global”, disebutkan bahwa peran Kelapa Sawit dalam perekonomian di Indonesia telah berkontribusi secara signifikan terhadap ekspor pada tahun 2020, dengan pendapatan ekspor dari minyak sawit menyumbang sekitar 12 persen dari total pendapatan ekspor.

“Dan industri kelapa sawit juga telah menciptakan jutaan lapangan kerja, yang terdiri dari petani, perkebunan dan pekerja industri,” imbuhnya.

“Di samping itu juga, industri kelapa sawit mendukung pembangunan daerah, terutama pedesaan diluar Jawa,” ucapnya.

“Hadirnya industri kelapa sawit turut membantu menstabilkan harga pangan dan sumber penting energi terbarukan,” katanya.

Namun terdapat dampak negatif di kalangan masyarakat, untuk itu M. Fadil Hasan menambahkan bahwa memberikan edukasi sejak dini di sekolah maupun di universitas agar generasi muda paham akan manfaat industri kelapa sawit ini.

“Baik pemerintah dan pengusaha agar bersinergi dalam berkolaborasi mengkampanyekan nilai positif sawit dari berbagai sisi serta nilai ekonomis yang menguntungkan secara bisnis,” sambungnya.

“Sangat disarankan menggunakan iklan plus algoritma dengan artian promosi tentang sawit melalui media cetak dan elektronik,” pesannya.

Di sisi yang sama pula M. Goldenmeir Mektania B.Com Devisi komunikasi Internal dan Eksternal DPP Apkasindo memaparkan materi terkait “Kontribusi Sawit bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani,” dan dalam penjelasannya menyebutkan bahwa sawit menyumbang devisa negara sebesar 320 Triliun pada Tahun 2017 dan di Tahun 2019 sebesar 363 Triliun.

“Pada catatan GAPKI bahwa pada periode Januari-Maret 2020, CPO menyumbang devisa sebesar USD 5,32 milliar,” imbuhnya.

“Tentunya sawit telah menjadi lokomotif ekonomi Indonesia di tengah pandemi Covid-19 dan ketika saat pariwisata babak belur,” ujarnya.

“Untuk Kami terus memberikan pendampingan petani, mengedukasi petani, advokasi petani dan lainnya, agar sawit tetap menjadi primadona ekonomi nasional,” jelasnya.

“Kami juga memastikan bibit bersertifikat dan bekerjasama dengan SANTRI dan KOPSA SETARA, dan kami menggunakan teknologi satelit dan cek lapangan guna data inventarisasi lahan,” bebernya.

“APKASINDO juga fokus kerja pada pupuk organik dengan memanfaatkan limbah sawit, serta mengawal harga TBS SETARA dengan mengedukasi dan mengadvokasi petani sawit di setiap provinsi untuk berpartisipasi dalam rapat penentuan harga Dinas Perkebunan,” terangnya.

Dalam meningkatkan sumber daya manusia APKASINDO telah memberikan program beasiswa sawit guna membiayai pendidikan dari sawit untuk anak petani sawit, agar mendapatkan pendidikan di politeknik terpilih.

“Selain itu juga, kami telah memberikan pelatihan dan workshop secara berkala, sesuai dengan kebutuhan masing-masing petani sawit di setiap provinsi,” tutur M. Goldenmeir Mektania B.Com.

“Tak lupa kami memberikan edukasi dan mendampingi petani kelapa sawit untuk mendapatkan sertifikat ISPO,” tutupnya.

Dari pembangunan perkebunan kelapa sawit mempunyai dampak ganda terhadap ekonomi wilayah, terutama sekali dalam menciptakan kesempatan dan peluang kerja.

Pembangunan perkebunan kelapa sawit ini telah memberikan manfaat, sehingga dapat memperluas daya penyebaran pada masyarakat
sekitarnya.

Semakin berkembangnya perkebunan kelapa sawit, semakin terasa dampaknya terhadap tenaga kerja yang bekerja pada sektor perkebunan dan
sektor turunannya.

Dampak tersebut dapat dilihat dari peningkatan pendapatan masyarakat petani, sehingga meningkatnya daya beli masyarakat pedesaan,
baik untuk kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. (AI)