BALIKPAPAN,Swarakaltim.com – Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DP3) Kota Balikpapan memastikan kota Balikpapan tidak termaksud daerah pandemik PMK sebagaimana yang ditetapkan di Provinsi Jawa Timur dan Aceh oleh Kementerian Pertanian (Kementan) RI baru-baru ini. Namun langkah antisipatif terhadap bahaya penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak, terutama jenis sapi dan kambing tetap dilakukan.
Menurut Kepala DP3 Kota Balikpapan, Heria Prisni, DP3 telah mendapatkan arahan untuk menutup sementara jalur distribusi sapi maupun kambing dari luar daerah yang berlaku sejak Senin (9/5/2022) lalu.
“kota Balikpapan bukan daerah penghasil sapi, khawatir kalau ternak dari sana ada yang tertular. Jadi masih ditutup semua,” kata Heria Prisni kepada awak media, Jumat (13/5/2022).
Herina menjelaskan, pihaknya belum dapat memastikan sampai kapan penutupan jalur distribusi hewan ternak ini diberlakukan. Namun demikian, pemeriksaan terhadap hewan ternak terus dilakukan di semua daerah, termasuk oleh pihaknya bersama petugas Balai Veteriner Banjarbaru. Pemeriksaan yang ditujukan sebagai deteksi dini penularan PMK itu mengambil sampel darah ternak untuk kemudian diuji di laboratorium.
“Sekitar 1.100 sapi dari seluruh peternak kita ambil sampel. Ini petugas kami masih di lapangan mengambil sampel untuk selanjutnya dikirim ke lab. Hasilnya kemungkinan seminggu baru diketahui,” tegasnya.
Heria mengaku, tingginya risiko kematian hewan ternak yang diakibatkan oleh virus tersebut. Meski tidak berisiko terhadap manusia apabila dikonsumsi dengan pengolahan yang benar, wabah PMK tentu berdampak kerugian bagi peternak.
“Sapi (ternak) bisa mati tiba-tiba kalau tertular, kasihan peternak kita kalau begitu. Sebenarnya kalau untuk dikonsumsi manusia, asalkan ternaknya dimasak dengan benar masih aman”, sambungnya.
Heria menghimbau kepada semua peternak di Balikpapan, agar memperhatikan hewan ternaknya dan apabila menemukan indikasi ternak dalam kondisi tidak biasa agar segera melapor kepada pihaknya untuk segera dilakukan penanganan.
“Gejalanya biasa ternak mengalami demam, tapi itu juga belum tentu. Makanya kalau ada laporan dari peternak nanti kita lakukan pemeriksaan dan memberi asupan vitamin, gejala fisik hewan terindikasi terpapar PMK adalah pada bagian mulut dan kuku-kukunya,” ujarnya.
Sementara itu, salah satunya usaha penggemukan sapi terbesar di Balikpapan Bang Kumis Farm yang berlokasi di kawasan Kampung Timur Balikpapan Utara. Terdapat 30 ekor sapi premium yang masuk program penggemukan tidak luput dari pemeriksaan petugas dari Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DP3) Balikpapan.
“Jadi tadi ada kunjungan dari Dinas pangan Pemkot Balikpapan bersama Balitbang Banjarmasin serta Dinas Peternakan Propinsi untuk melihat kondisi kesehatan Sapi di Bang Kumis Fams bagaimana kita ketahui bahwa di Jawa Timur sedang ada wabah penyakit Mulut dan kuku yang menyerang sapi mereka kuatir bahwa wabah itu sampai ke Balikpapan,” ujar Pemilik Bang Kumis Farm, Muhammad Abduh Kuddu.
Kata Abduh biasa disapa tidak ada tanda-tanda fisik terserang PMK. Pun demikian petugas juga mengambil sample untuk kemudian diteliti.
“Mereka mengecek apakah ada sapi yang bergejala sakit PMK, Alhamdulillah tidak ada karena mereka sudah tahu trackrecord karantina sapi di sini,” ujarnya.
Dia menuturkan bahwa sapi miliknya didatangkan dari wilayah Jawa Tengah bukan dari Jawa Timur, akan tetapi tetap terimbas dengan adanya wabah itu dikarenakan adanya penutupan distribusi sapi dari Jawa ke Balikpapan.
“Wabahnya berasal dari Jawa Timur namun kami mengambil dari Jawa Tengah tapi untuk sementara tidak bisa distribusi sapi menuju ke Balikpapan,” katanya.
Abduh mengaku, pasca adanya penutupan distribusi sapi dari Jawa tersebut pihaknya tidak lagi bisa membeli sapi untuk digemukkan dalam waktu yang belum bisa ditentukan.(*/db)