SAMARINDA, Swarakaltim.com – Anggota DPRD Kalimantan Timur Puji Setyowati SH MHum mengingatkan agar kecanggihan tekhnologi gadget tidak sampai menjadi penyebab hilangnya kebangsaan bagi generasi penerus bangsa di Kaltim, khususnya Samarinda.
Hal ini disampaikan Puji dalam kegiatan Sosialisasi Wawasan Kebangsaan (Soswabang) di Jalan KH Harun Nafsi kecamatan Loa Janan Ilir, Minggu (30/10/2022) dengan menghadirkan Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda yang juga wakil wali kota Samarinda periode 2000-2005 & 2005-2010 dan wali kota Samarinda periode 2010-2015 & 2016-2021, dan Drs Erham Yusuf MPd yang pernah menjabat kepala Badan Kesbangpol Samarinda.
Menurut Puji yang juga wakil ketua Komisi IV DPRD Kaltim ini, sosialisasi wawasan kebangsaan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang 4 pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.
“Saya sebagai anggota DPRD Kaltim memiliki kewajiban agar kebangsaan itu ada di dalam diri kita. Bagaimana kita bersilaturahim yang baik, bagaimana kita saling asah asih, dan asuh terhadap tetangga, terhadap umat dan kaum kita. Kita juga harus gotong royong terhadap lingkungan dimana kita tinggal. Falsafah dimana bumi kita pijak, langit kita junjung menjadi sebuah tekad keyakinan di dalam diri kita bersama-sama mempunyai tanggung jawab yang sama,” ucap Puji Legislatif Daerah Pemilihan Samarinda ini.
Ia mengatakan jika selama dalam asuhan putra putri merasa aman dan nyaman, maka anak ini akan tumbuh menjadi sehat, berkarakter, yang berdedikasi tinggi dan anak bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. “Ini harapan agar Kalimantan Timur, Samarinda khususnya terlahir generasi-generasi cerdas yang tidak lupa dengan sejarah,” tegas Politisi Demokrat ini.
Menurutnya tidak boleh melupakan sejarah. Karena sejarah itulah yang akan menanamkan dan meletakkan dasar dalam diri setiap warga negara.
“Makanya disebut pilar, pilar adalah penyangga. Bayangkan saja kalau rumah ini tidak ada pilar-pilar penyangga. Kita mau tinggal dimana karena dindingnya akan rata dengan tanah. Plafon ini tidak ada lagi karena rata dengan tanah. Begitu besarnya, begitu kuatnya pilar yang akan diwariskan ke generasi-generasi melalui bapak ibu sekalian yang akan menjadi generasi penerus bangsa, khususnya Kaltim dan Samarinda. Jangan sampai kebangsaan itu hilang karena gadget. Mohon maaf, sekarang ini gadget itu baik memang karena dengan mbah google kita bisa melihat dunia, tetapi dengan mbah google juga akan merusak dunia,” ungkap isteri dari Syaharie Jaang ini.

Oleh karena itu, Puji menitipkan sekali lagi kepada kepada peserta Soswabang untuk membatasi batasi putra-putri yang belum saatnya pegang gadget.
Sementara Syaharie Jaang dalam materinya diantaranya menekankan persoalan disintegrasi bangsa. “Kita tahun ini memasuki HUT RI ke 77, berarti yang 23 tahun lagi kita memasuki 1 abad Indonesia merdeka. Dan tahun ini kita baru saja memperingati Hari Sumpah Pemuda yang 94 tahun dengan tema Bersatu Bangun Bangsa. Tapi kenapan saat sekarang kita sibuk berbicara bagaimana keutuhan NKRI. Jadi, kita tidak boleh lengah. Bermacam-macam pengaruh, apalagi globalisasi, apalagi kemajuan teknologi dan informasi sekarang luar biasa. Kita lihat perkembangan dunia dengan melihat google, melihat tiktok. Bahkan kita miris melihat, ada tiktok pakai baju seragam salah satu SLTA diatas bendera mereka putih. Dia tidak sadar, bukan kita mengkhususkan bendera, tapi itu lambang negara kita,” tegasnya.
Kemudian Syaharie Jaang mencontohkan Rusia yang merupakan negara Adi Kuasa sudah terpecah belah menjadi beberapa negara bagian, bahkan sekarang masih terjadi perang antara Rusia dengan Ukraina yang merupakan bagian dari Rusia. Apalagi kita bangsa Indonesia yang merupakan negara Kepulauan. Ada 17.000 pulau kita berbahasa macam-macam. Tapi luar biasa, bahasa penyatu kita bahasa Indonesia bisa menyatukan kita semua yang bermacam-macam latar belakang ,” tegas Syaharie Jaang yang juga ketua umum Persekutuan Dayak Kalimantan Timur (PDKT) ini.
Sementara Erham Yusuf dalam materi 4 Pilar Kebangsaan, menekankan empat pilar tersebut harus diperkokoh untuk membangun bangsa dalam tatangan kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.
“Jika diibaratkan pilar merupakan tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara kokoh. Bila tiang ini rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Empat tiang penyangga ditengah ini disebut soko guru yang kualitasnya terjamin sehingga pilar ini akan memberikan rasa aman tenteram. Dengan demikian pilar pada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan tiang penyangga bagi berdirinya negara Indonesia,” terang Erham yang juga aktif di Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Samarinda.
Berbicara komitmen persatuan, menurutnya adalah salah satu elemen yang paling penting dalam kehidupan berbangsa serta bernegara. Karena setiap negara memiliki masyarakat yang berbeda baik dari suku, budaya, agama, kepercayaan dan lainnya.
“Karena berbeda-beda, setiap masyarakat dalam suatu negara harus mampu untuk menjaga toleransi. Tujuannya tentu agar tidak muncul konflik antar masyarakat dan tidak menimbulkan keretakan pada persatuan bangsa dan negara. Oleh karena itu, komitmen dalam usaha untuk menjaga persatuan adalah hal yang penting untuk diterapkan,” pungkas Erham yang sekarang menjabat Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Samarinda.(dho)