Manajer Penelitian IESR Julius Christian Sebut Manfaat Gas Metana TPAS Manggar Sangat Penting Bagi Masyarakat.
BALIKPAPAN, Swarakaltim.com – Usai melakukan kunjungan Jelajah Energi Kaltim di Lokasi Pertamina Hulu Mahakam, Team Institute For Enssential Service Reform (IESR) bersama CASE, Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ), dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) serta rombongan telah melakukan kunjungan jilid II yakni ke lokasi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Manggar-Balikpapan, Rabu (6/9/2023).
Rombongan Jelajah Energi Kaltim tersebut terdiri dari instansi pemerintah yakni Dinas ESDM Kaltim, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perkebunan, Kelompok Masyarakat (Duta Wisata Kaltim, Duta Lingkungan Kota Balikpapan, Kawal Borneo Community, Bank Telihan, Srikandi Konservasi, WALHI Kaltim, Yayasan Bumi, dan Su-re.co), para Akademisi (Universitas Mulawarman, Politeknik Negeri Samarinda, dan SRE Institut Teknologi Kalimantan), serta puluhan awak media lokal juga nasional turut hadir dalam kegiatan ini.
Dalam kegiatan ini, para Tim dan rombongan Jelajah Energi Kaltim lebih mengetahui manfaat sampah yang bisa di gunakan bahan baku dalam proses pembuatan gas untuk rumah tangga serta aliran listrik.
Pada kesempatan ini, didepan para peserta Tim Jelajah Energi Kaltim ini, Kepala UPTD TPAS Manggar Muhammad Haryanto menjelaskan bahwa saat ini sampah telah kami ubah menjadi sumber energi baru dan terbarukan (EBT).

“Dan atas bantuan Pertamina Hulu Mahakam (PHM), dengan melalui program CSR di Tahun 2019, TPAS Manggar telah menciptakan biogas dari sampah,” lanjutnya.
“Dan Gas metana diambil dari zona 1 hingga zona 6, dengan menggunakan pipa yang dipasang secara vertikal yang berasal dari dasar tumpukan sampah,” ujarnya.
“Hasil tumpukan sampah akan mengeluarkan air pembusukan yang disebut Air Lindi, kemudian diolah dan diproses melalui Leachate Treatment Plant atau Instalasi Pengolahan Air Lindi (IPAL),” urainya.
Muhammad Haryanto menjelaskan bahwa pada awalnya, gas metana digunakan untuk penyaluran listrik, namun seiring berjalan setelah mendapatkan bantuan CSR dari PHM, maka di mulai dengan pemanfaatan gas metana pengganti gas elpiji.
“Dengan memanfaatkan gas metana dari sampah ini, bisa di manfaatkan oleh masyarakat sekitar TPAS Manggar, dan terdapat 300 rumah yang telah menerima sumber energi ramah lingkungan ini,” ucapnya.
“Tentunya, masyarakat merasa terbantukan dalam hal ini, karena selain menghemat pengeluaran dalam membeli gas elpiji yang terkadang langka, juga aman di gunakan,” katanya.
Muhammad Haryanto menerangkan bahwa di TPAS Manggar dikelola dengan menggunakan konsep sanitary landfill.
“Dengan konsep ini, gas metana bisa di tangkap dan di jadikan sumber energi alternatif,” imbuhnya.
Di tempat yang sama, Suyono menambahkan bahwa dengan adanya sumber energi alternatif ini, bisa menghemat pengeluaran rumah tangga.
“Kami biasa membeli setiap bulannya sekitar 3 tabung gas yang berukuran 3 kilogram, dan menghabiskan biaya kurang lebih Rp.100 ribu,” ujar Suyono.

“Dan, sekarang kami hanya membayar iuran Rp10 ribu saja, sudah menikmati aliran gas selama 24 jam,” terangnya.
“Selain itu juga, dengan adanya aliran gas metana ini, telah di manfaatkan juga bagi para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM), sehingga terjadi peningkatan sektor ekonomi warga sekitar disini,” jelasnya.
“Dan penghasilan para pelaku UMKM ini, di perkirakan telah mencapai omzet sekitar kurang lebih Rp52 Juta pertahun,” ungkap Suyono.
Di lain pihak, Manajer Penelitian IESR Julius Christian turut menerangkan bahwa dalam pemanfaatan gas metana dari landfill selain memberikan bahan bakar gratis bagi warga di sekitar TPA, juga berperan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca.
“Kalau tidak dimanfaatkan, gas metana yang dihasilkan dari timbunan sampah di landfill, akan terlepas ke atmosfer dan menyebabkan efek rumah kaca yang 34 kali lipat, lebih parah pengaruhnya ke pemanasan bumi dibanding karbon dioksida,” paparnya.
“Selain itu, pemanfaatan gas metana ini juga mengurangi terjadinya akumulasi gas di timbunan sampah yang berpotensi menyebabkan
ledakan dan longsor,” pungkasnya. (AI)