Krisis Sungai Mahakam: Ancaman Serius bagi Air dan Kehidupan

SAMARINDA, Swarakaltim.com – Sungai Mahakam, yang selama ini menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim) menghadapi ancaman serius akibat eksploitasi berlebihan dan pencemaran lingkungan. Dalam peringatan Hari Air Sedunia 2025, XR Bunga Terung menyoroti kondisi kritis sungai ini dan mendesak upaya pemulihan segera sebelum dampaknya semakin parah.

Menurut Winda, perwakilan XR Bunga Terung, Sungai Mahakam bukan sekadar jalur air, tetapi juga nadi utama bagi kehidupan masyarakat, ekonomi, dan ekosistem di sekitarnya. Namun, deforestasi, aktivitas pertambangan, dan konversi lahan telah merusak keseimbangan ekosistem sungai ini.

“Dulu Mahakam disebut Maha Kama, anugerah kehidupan yang agung. Tapi kini, air nya semakin tercemar, ikan-ikan sulit berkembang, dan habitatnya semakin terancam,” ungkapnya, Sabtu (22/3/2025).

Sungai Mahakam selama berabad-abad menjadi sumber air bersih, jalur transportasi, serta habitat bagi berbagai spesies, termasuk Pesut Mahakam yang kini terancam punah. Namun, industri ekstraktif seperti penebangan hutan, pertambangan batubara, dan perkebunan sawit telah mempercepat degradasi lingkungan.

“Dulu kayu gelondongan memenuhi Mahakam, sekarang ponton batubara yang mendominasi. Polusi dari berbagai industri membuat air Mahakam semakin tidak layak dikonsumsi,” tambah Winda.

Selain pencemaran, hilangnya hutan hujan tropis di Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam juga memperburuk kualitas air. Tanpa hutan sebagai penyaring alami, sedimen dan limbah industri semakin memperburuk kondisi air. Warga di Mahakam Ulu, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, hingga Samarinda kini menghadapi krisis air bersih.

“Bahkan setelah diolah oleh Perumda Air Minum, airnya tetap tidak layak konsumsi. Ini ironi di tanah yang kaya sumber daya,” jelasnya.

XR Bunga Terung menyerukan beberapa langkah mendesak, termasuk menghentikan deforestasi dan alih fungsi lahan yang tidak ramah air, serta mengembalikan Sungai Mahakam sebagai ruang hidup bersama bagi manusia dan ekosistem.

“Sungai ini bukan hanya milik industri, tetapi milik seluruh masyarakat dan makhluk hidup yang bergantung padanya,” tegas Winda.

Mereka juga menuntut penghentian privatisasi Sungai Mahakam dan mendesak pemerintah untuk mengutamakan konservasi.

“Jika air kita mati, peradaban pun akan mati. Kita harus bertindak sekarang sebelum terlambat,” tutupnya.(Dhv)

Loading

Bagikan: