Caption: tampak siswa-siswi belajar bersama melalui secara daring, untuk persiapan menyambut pembelajaran jarak jauh atau PJJ tahun 2021.
JAKARTA, Swarakaltim.com – Penularan Covid-19 yang cenderung melonjak menjadi salah satu pertimbangan untuk menunda rencana pembelajaran tatap muka (PTM). Sangat dimungkinkan tahun ajaran baru 2021/2022 masih akan melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Makanya, inovasi PJJ mutlak dilakukan agar peserta didik tidak bosan dan tujuan pembelajaran tercapai.
Pada kondisi pandemi yang semakin memburuk, jelas PTM bukanlah pilihan. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan adanya kecenderungan Covid-19 varian Delta menyerang usia anak-anak hingga 18 tahun di sejumlah daerah yang sedang mengalami lonjakan kasus. Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, sampai dengan Rabu (30/6) tercatat 12,6 persen kasus Covid-19 merupakan anak usia 0-18 tahun. Artinya, ada sekitar 271.714 anak Indonesia yang terpapar Covid-19.
Situasi ini cukup mengkhawatirkan. Sebab, hingga kini sebagian besar rumah sakit belum memiliki ruang ICU (Intensive Care Unit) khusus anak. Tak ayal bila kemudian tak sedikit anak-anak kita yang terinfeksi virus korona tak tertolong nyawanya. Bahkan angka kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia merupakan tertinggi di dunia. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan dari total kasus positif Covid-19 nasional saat ini, 12,5% dikontribusikan anak usia 0 – 18 tahun. Ini menunjukkan, satu dari delapan kasus positif Covid-19 di Indonesia merupakan kasus anak. Memprihatinkan.
Karena itu, PTM yang seharusnya diagendakan pada tahun ajaran baru Juli 2021 sangat tepat bila ditunda pelaksanaannya. Kalau mau diadakan harus sangat selektif, hanya di daerah yang benar-benar aman. Untuk sementara ada baiknya dilakukan di zona hijau di luar Jawa dulu yang penduduknya tidak begitu padat. Itu pun dengan syarat tambahan, mereka yang sudah divaksin bukan hanya tenaga pengajar saja, tetapi juga peserta didik.
Bagi sekolah di Jawa-Bali harus merencanakan PJJ lagi. PJJ yang dilaksanakan harus kreatif, lebih menarik, inovatif, menggairahkan, dan tidak membebani siswa. Lebih baik dari yang sudah lalu.
Pakai LMS
Agar efektif, PJJ seharusnya dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengelolaan pembelajaran atau Learning Management System (LMS). Apa bisa PJJ tanpa LMS? Jawabannya kurang lebih sama dengan analogi pertanyaan, apa bisa pembelajaran tatap muka tanpa ruang kelas dan perabotnya?
Melalui LMS itulah guru dapat menaruh dan menyampaikan seluruh bahan ajar, melakukan interaksi dan evaluasi, memberikan penjelasan dan diskusi serta memonitor perkembangan peserta didik. Hal itu adalah tugas guru dalam pembelajaran dan kesemuanya dengan mudah dapat difasilitasi oleh LMS.
Sekolah harus menyediakan LMS untuk pembelajaran daring. Apapun pilihan LMS-nya (misalnya: Moodle, Google Classroom, Edmodo, Schoology, dll) yang penting pengguna tidak kesulitan. Seperti pengalaman di sekolah kami, LMS dengan Google Classroom (GC) sebagai solusinya.(dtc/sk)
Editor : Redaksi
Publisher : Alfian (SK)